Bukan untuk mengkonotasikan artikulasi sebuah
makna, ‘menjual’ disini merupakan suatu usaha memperkenalkan,
mengiklankan dan memunculkan supaya orang tahu historis, kemampuan, dan
talenta kita.
Bukan pula sebagai bentuk jamak dari kesombongan akan
kemampuan yang kita kuasai, tetapi lebih untuk memposisikan diri kita,
menyetarakan skill berbanding lurus dengan pekerjaaan atau dengan
kehidupan yang lebih layak. Apakah itu diperlukan ??? Jawabnya adalah
Sangat Perlu.
“Setangkai mawar tidak akan memiliki arti ketika
berada ditengah hutan belantara, tetapi akan sangat bernilai saat
terpajang indah ditengah pertokoan yang indah.” Bukan saatnya lagi
menjadi sosok pemalu, pasif, menunggu takdir, menanti keajaiban dan hoki
ataupun berharap rekan kerja kita menceritakan segala kemampuan kita
sehingga atasan terbuka matanya dan mempromosikan kita.
Kebutuhan akan
sikap aktif, kreatif dan inovatif menjadi unsur dominan untuk launching
dan lebih memerankan lakon kita, tentu saja dengan dukungan kemampuan
lebih dan skill specialist yang mungkin tidak dimiliki orang lain.
Timing yang pas dan kesempatan memang sangat kita perlukan tetapi ada
baiknya kita berkaca dulu pada kemampuan diri, cukup handalkah kita
untuk diiklankan??
Beberapa tahapan sebaiknya dipertimbangkan kembali
khususnya saat kita memberi stempel diri kita, keyakinan bahwa kita
memang layak jual :
1. Penguasaan Diri
Dasar, pondasi internal dari semua kemampuan adalah
tekad kuat, itikad dan kekuatan penguasaan yang diawali dengan
kepercayaan diri. Menguasai diri berarti mengendalikan segala emosi dan
jiwa kita, kontrol terhadap rasa takut, pesimis dan pengendalian
kemampuan positif dengan segala kekuatan kita.
2. Penguasaan Skill
X faktor sebagai senjata utama,
skill, talenta dan kemampuan spesifik kita, semakin banyak keahlian
kita, atau semakin langka orang yang mempunyai kemampuan seperti yang
kita miliki akan menaikkan harga jual kita. Learning by doing, selalu
begitu, kontinyu dan berkala sebagai ajang pengasahan yang terus
berkembang sampai kita bisa berkata “Ya Saya Bisa”.
3. Penguasaan Situasi
Situasi merupakan faktor eksternal yang kurang bisa
kita kendalikan dengan berbagai elemen yang sewaktu-waktu bisa berubah
tanpa kemampuan untuk mengendalikannya. Layaknya area pertempuran
situasi menawarkan berbagai kejutan dan kontradiksi eksternal yang wajib
kita cermati. Menguasaai situasi kondisi dan berbagai perkembangan di
sekitar kita membantu kita berhitung ulang seberapa banyak kesempatan
yang bisa kita peroleh, menakar kecerdasan dan kecerdikan kita sebagai
takaran seberapa jauh skill kita bisa menjadi dewa penolong dan pahlawan
sehingga layak dipertimbangkan. Situasi akan menolong kita menempatkan
skill dan talenta berada di tempat yang benar.
4. Timing
Bukan yang terakhir tetapi bisa di katakan last
fase, kemampuan mengatur waktu, timing, dan planning sebagai pelengkap
strategi kita untuk bisa dikatakan siap jual. Pengaturan waktu yang
tepat didasarkan akan penguasaan dan pengendalian situasi memposisikan
kita di wilayah eye cathc, pusat perhatian dan pencitraan yang baik
sehingga memungkinkan orang akan melihat kita ‘layak jual’.
Kontribusi utama tetap faktor internal,
bagaimana kita mempunyai keyakinan bahwa kita mampu diimbangi
kelengkapan talenta sebagai faktor vital.
Kemampuan menjual diri yang
baik tidak hanya menempatkan kita pada jalur yang benar, tetapi lebih
memungkinkan kita menjadi trendsetter, decision maker yang berpola
kreatif dan mampu menjadi inspirasi bagi yang lain.
Bukan saatnya lagi
menyembunyikan kemampuan, Tuhan memberikan kemampuan kapada kita untuk
dipergunakan sebaik-baiknya bukan dimasukkan kedalam brankas ego dan
disimpan dalam keabadian pengetahuan, jual diri kita supaya orang lain
mengatahui kemampuan potensial kita yang sesungguhnya.
Dikutip: (http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/12/27/saatnya-jual-diri--520118.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar