Mari berbagi.

Mari kita lihat ke sekitar kita, atau mungkin didepan kita..
Ya itu, persis didepan mata Anda yang tiap saat dipelototin..
Berharap ada pesan baru yang masuk atau syukur-syukur orderan, meski akhirnya notifikasi yang kita terima justru dari orang yang itu-itu saja.

Istilahnya KM kuadrat.
Ente maneh ente maneh hehehe.
  Ya, ponsel Anda, apapun jenis dan mereknya pasti semua sudah tersambung ke situs jejaring sosial yang ngetop itu.

Blog, Facebook, Twitter, LinkedIn, atau apalah namanya..

Nah, dari situs-situs yang Anda ikuti itu, berani jamin pasti ada yang isinya mengajak kita untuk selalu berbagi. Entah itu berbagi pesan tentang kebaikan, sampai berbagi gosip.



Tunggu dulu. Bukannya kita sering dengar di jaman serba modern ini justru orang-orangnya cenderung individualis dan mementingkan dirinya sendiri?

Kalo itu sih udah bukan berita baru laah! Dari jaman onta cuma ada di Arab sampai onta ada di kebun binatang seluruh dunia juga yang namanya individualis udah eksis.

Tentu masih pada ingat dengan kisah si Qarun yang waktu melarat rajin membantu orang, tapi giliran udah kaya dia malah sibuk ngurusi duitnya sendiri dan samasekali tidak mau sedekah. Itu contoh dari jaman baheula.

Nah kalo jaman sekarang?

Banyak!


Mulai dari sekedar tetangga yang masabodoh sama tetangganya yang lagi gulung koming nahan lapar, sampai ke pejabat yang dengan cueknya minta jalan pake voorijder padahal rakyatnya lagi pada kena macet, bahkan ambulans lagi bawa orang sakaratul maut pun sampai ndak bisa lewat.

Trus apa kaitannya sama judul tulisan diatas?

Ada!

Belakangan mulai banyak tokoh motivasi yang bermunculan, dan semua mengajarkan untuk berbagi kepada sesama untuk meraih keberhasilan, maka mulailah satu persatu dari kita ikutan peduli pada yang lain.

Nggak apa-apa.

Sah-sah aja memulai sesuatu dari sekedar ikut-ikutan. Harapannya nanti kalo udah jalan sendiri, kepeduliannya makin meningkat.




Ini adalah sesuatu yang baik, dan mudah-mudahan saja sebaran kebaikan untuk saling berbagi itu bisa meluas hingga para pemimpin yang selama ini sok budeg dengan rakyatnya yang miskin sampai memunculkan orang-orang sok pahlawan baru seperti bang Madit hehehehe!

Tapi ternyata ajakan untuk berbuat baik dari para motivator itu banyak juga yang mulai menyalahgunakan. Memang tujuannya baik, seperti broadcast message ayat Al Quran dan pesan-pesan positif lainnya.

Nah, di akhir BM itu pasti bakal Anda jumpai tulisan “kalau anda sayang dengan sesama, tolong sebarkan”, atau “masa untuk lelucon aja anda mau menyebarkan, sedangkan untuk kebaikan kok malas menyebarkan?”

Aduuuh! Kebaikan kok maksa? Ya itulah yang sedang terjadi.
Mungkin si pembuat kebaikan pengen agar kebaikan yang dibuatnya itu bisa menyebar dan jadi virus yang baik untuk sesama.
Tapi kalo kemudian ada yang tidak menyebarkannya, maka sebetulnya itu adalah hak dari si penerima pesan dari si penyeru kebaikan itu.

Tidak semua orang mau berbagi seperti si pembuat kebaikan itu.
Kalo ini disikapi positif, paling tidak si pembuat kebaikan itu sudah dapet nilai positif dari upayanya berdakwah menebar manfaat bagi sesamanya.

Kalo toh mandeg di satu orang, belum tentu kemudian dakwah itu mandeg di orang itu.

Bisa jadi tiba-tiba suatu saat ada temennya yang pinjem hapenya dan melihat ada tulisan kebaikan itu, kemudian diam-diam dia mengkopi dan menyebarkannya, maka tidak ada alasan bagi sebuah kebaikan untuk tidak menular.

So, ketika kita sudah memutuskan untuk berbagi, apapun yang kita bagi, just do it! Lakukan saja karena Allah Maha Melihat dan mengetahui apa saja yang sudah kita kerjakan. Allah pasti sudah perintahkan malaikat pencatat kebaikan yang selalu follow kita tanpa pernah minta di follow back itu menulis apa yang sudah kita kerjakan.



Kalo berharapnya sama manusia, maka bersiaplah untuk kecewa karena manusia ada ingkarnya, ada lupanya, ada khilafnya, bahkan ada tidak amanahnya seperti contoh kasus di atas.

Tapi kalo kita mengerjakan kebaikan dengan tujuan supaya Allah mengeluarkan kita dari kesulitan hidup, dari kepahitan dan memberi kebaikan untuk kita, pasti dijawab sama Allah.

 Pasti!

Ndak pake insya Allah karena yang balas Allah sendiri..

 **********************************************

Perjalanan Mencari Kebenaran Sejati


Mari berbagi.......!!!




***************************


Saatnya Jual Diri ?!!


Bukan untuk mengkonotasikan artikulasi sebuah makna, ‘menjual’ disini merupakan suatu usaha memperkenalkan, mengiklankan dan memunculkan supaya orang tahu historis, kemampuan, dan talenta kita. 


Bukan pula sebagai bentuk jamak dari kesombongan akan kemampuan yang kita kuasai, tetapi lebih untuk memposisikan diri kita, menyetarakan skill berbanding lurus dengan pekerjaaan atau dengan kehidupan yang lebih layak. Apakah itu diperlukan ??? Jawabnya adalah Sangat Perlu.



“Setangkai mawar tidak akan memiliki arti ketika berada ditengah hutan belantara, tetapi akan sangat bernilai saat terpajang indah ditengah pertokoan yang indah.” Bukan saatnya lagi menjadi sosok pemalu, pasif, menunggu takdir, menanti keajaiban dan hoki ataupun berharap rekan kerja kita menceritakan segala kemampuan kita sehingga atasan terbuka matanya dan mempromosikan kita. 

Kebutuhan akan sikap aktif, kreatif dan inovatif menjadi unsur dominan untuk launching dan lebih memerankan lakon kita, tentu saja dengan dukungan kemampuan lebih dan skill specialist yang mungkin tidak dimiliki orang lain. Timing yang pas dan kesempatan memang sangat kita perlukan tetapi ada baiknya kita berkaca dulu pada kemampuan diri, cukup handalkah kita untuk diiklankan??


Beberapa tahapan sebaiknya dipertimbangkan kembali khususnya saat kita memberi stempel diri kita, keyakinan bahwa kita memang layak jual :

1. Penguasaan Diri
Dasar, pondasi internal dari semua kemampuan adalah tekad kuat, itikad dan kekuatan penguasaan yang diawali dengan kepercayaan diri. Menguasai diri berarti mengendalikan segala emosi dan jiwa kita, kontrol terhadap rasa takut, pesimis dan pengendalian kemampuan positif dengan segala kekuatan kita.

2. Penguasaan Skill
X faktor sebagai senjata utama, skill, talenta dan kemampuan spesifik kita, semakin banyak keahlian kita, atau semakin langka orang yang mempunyai kemampuan seperti yang kita miliki akan menaikkan harga jual kita. Learning by doing, selalu begitu, kontinyu dan berkala sebagai ajang pengasahan yang terus berkembang sampai kita bisa berkata “Ya Saya Bisa”.

3. Penguasaan Situasi
Situasi merupakan faktor eksternal yang kurang bisa kita kendalikan dengan berbagai elemen yang sewaktu-waktu bisa berubah tanpa kemampuan untuk mengendalikannya. Layaknya area pertempuran situasi menawarkan berbagai kejutan dan kontradiksi eksternal yang wajib kita cermati. Menguasaai situasi kondisi dan berbagai perkembangan di sekitar kita membantu kita berhitung ulang seberapa banyak kesempatan yang bisa kita peroleh, menakar kecerdasan dan kecerdikan kita sebagai takaran seberapa jauh skill kita bisa menjadi dewa penolong dan pahlawan sehingga layak dipertimbangkan. Situasi akan menolong kita menempatkan skill dan talenta berada di tempat yang benar.

4. Timing
Bukan yang terakhir tetapi bisa di katakan last fase, kemampuan mengatur waktu, timing, dan planning sebagai pelengkap strategi kita untuk bisa dikatakan siap jual. Pengaturan waktu yang tepat didasarkan akan penguasaan dan pengendalian situasi memposisikan kita di wilayah eye cathc, pusat perhatian dan pencitraan yang baik sehingga memungkinkan orang akan melihat kita ‘layak jual’.



Kontribusi utama tetap faktor internal, bagaimana kita mempunyai keyakinan bahwa kita mampu diimbangi kelengkapan talenta sebagai faktor vital.


Kemampuan menjual diri yang baik tidak hanya menempatkan kita pada jalur yang benar, tetapi lebih memungkinkan kita menjadi trendsetter, decision maker yang berpola kreatif dan mampu menjadi inspirasi bagi yang lain. 



Bukan saatnya lagi menyembunyikan kemampuan, Tuhan memberikan kemampuan kapada kita untuk dipergunakan sebaik-baiknya bukan dimasukkan kedalam brankas ego dan disimpan dalam keabadian pengetahuan, jual diri kita supaya orang lain mengatahui kemampuan potensial kita yang sesungguhnya.


Dikutip: (http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/12/27/saatnya-jual-diri--520118.html)















 
Sumber : http://riskimaulana.blogspot.com/2011/12/tips-cara-supaya-artikel-blog-tidak.html#ixzz2E8tlcOjK