5 Jun 2012

Komitmen Muslim terhadap Dakwah

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ(24)
 

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.”

(QS. 8 al-Anfal, 24).

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ(36)

Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan, (al-Anfal 36)

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ(52)

Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (Huud, 52)

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ(108)

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Yusuf, 108)

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ(125)

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (an-Nahl, 125)

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَءَاخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ(60)

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (al-Anfal, 60).

Da’wah secara bahasa berarti ajakan. Dan menurut istilah didefinisikan dengan “mengajak manusia ke jalan Allah untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan kekufuran kepada cahaya Islam, dan dari kezaliman kepada keadilan.”

Ayat dan Pengertian da’wah di atas menggambarkan bahwa da’wah memiliki peran yang demikian strategis dalam pembinaan ummat manusia. Yaitu melepas manusia dari segala bentuk dan penyebab kehinaan, kebodohan, penindasan dan kezaliman. Maka sangat logis dan wajar jika orang-orang termulia di sisi Allah dan tentu saja terhormat di kalangan manusia seperti para nabi, Rasul, syuhada dan ‘ulama, memiliki peran utamanya adalah sebagai da’i. Jasa mereka terus dikenang sepanjang sejarah hidup manusia karena mampuh mengantarkan mereka kepada hakikat hidup yang sesungguhnya.

Dengan demikian da’wah dapat dipahami sebagai suatu sistem yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahkan da’wah dengan seluruh ma’na, pemahaman dan penerapannya sebagaimana yang pernah dicontohkan Rasulullah, shallallahu ‘alaihi wa sallam, telah berhasil membangun dan memberi kehidupan kepada setiap sektor kehidupan manusia, baik pemikiran (intelektual), mental (spiritual), maupun prilaku (moral) lengkap dengan wujud peradabannya yang agung dan mulia. (lihat kembali ayat di atas).

Peran Da’wah dalam Pembinaan Masyarakat:

Pertama: Da’wah berperan menghidupkan masyarakat pada sektor pemikiran (intelektual).

Peran ini demikian penting karena pemikiran adalah gerbang dan dasar perbaikan suatu masyarakat dan bangsa. Hanya bangsa yang memiliki pemikiranlah yang dapat menentukan masa depan generasinya secara baik. Karena pemikiran akan membentuk dalam jiwa generasi bangsa itu prinsip-prinsip yang sangat diperlukan dalam membangun kehidupan dan peradabannya. Prinsip inilah yang akan membawa mereka kepada sikap teguh pendirian dan kepercayaan diri yang sangat diperlukan dalam menguasai percaturan hidup dengan bangsa-bangsa lain.

Dalam peran ini da’wah selalu mewariskan gagasan dan ide yang mulia dan agung. Ide untuk selalu hidup terhormat dan mulia. Orang-orang yang hidup dengan da’wah sepanjang sejarahnya selalu mewariskan cara pandang dan cara hidup yang kaya dengan nilai positif. Ini terjadi karena sumber pemikiran dan gagasan tersebut berasal dari Islam. Dinul Fithrah yang sesuai dengan watak dan karakter manusia sepanjang masa. Sebagaimana firman Allah:

“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. 30 Ar-Ruum, 30).

Ke dua: Da’wah berperan membangun mental (Spiritual) masyarakat dengan benar , kokoh dan terarah.

Peran ini juga sangat penting dalam mengarahkan masyarakat dan bangsa sehingga memiliki spiritualitas yang luhur dan kokoh. Karena kekuatan spiritual adalah kekuatan mendasar dari kecerdasan emosional yang sangat signifikan dan inti dari seluruh kekuatan yang dimiliki manusia. Oleh karena itu tiada satu bagsa atau masyarakat manapun yang mengabaikan pembinaan sisi spiritual ini melainkan ia akan terancam keruntuhan. Sejarah membuktikan hal ini, di mana bangsa yang lebih memiliki perhatian dan kekuatan spiritual yang lebih tinggi dan kuatlah yang selalu mampuh melestarikan dirinya dalam sejarah.

Sisi inilah yang ternyata kurang diperhatikan masyarakat. Sekalipun ada, tetapi spiritualitas dan mental yang dibangun bukan atas dasar konsep dan ajaran hidup yang terjamin kebenarannya. Berbagai paham kehidupan abad ini memang banyak dipelajari di bangku sekolah atau kuliah. Tetapi kesalahan dalam memilih ajaran dan paham hidup justeru awal dan muara keasalahan lainnya. Oleh karena itu da’wah dengan Islam sebagai objeknya menawarkan spiritualitas yang telah teruji keberhasilannya dalam membawa bangsa-bangsa di dunia ke jenjang peradabannya yang mulia dan dicita-citakannya.

Ke tiga: Da’wah berperan membangun moralitas (akhlaq) masyarakat yang agung dan mulia.

Sisi akhlaq adalah sisi terluar dan paling dirasakan langsung hasil dan pengaruhnya dalam kehidupan. Sedikit cacat yang terdapat dalam moral akan langsung memberikan dampak nilai buruk dalam diri seseorang dan masyarakat. Dengan demikian sisi ini sangat diperhatikan oleh da’wah dan para pelakunya. Sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, seakan-akan tidak diutus kecuali hanya untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia (al-Hadits).

Dengan ketiga sisi pembinaan ini, da’wah telah menempatkan dirinya sebagai sistem dan mekanisme yang paling efektif dan baik. Karena dengan kekuatan di ketiga sisi ini suatu masyarakat dan bangsa akan selalu eksis dan dihormati bangsa-bangsa lain.

PERENCANAAN STRATEGIS DA’WAH DALAM PENGEMBANGAN UMMAT
“Sesungguhnya amal-amal perbuatan (berbagai aktifitas) itu (tergantung) kepada niat (visi, misi, motivasi dan perencanaan strategisnya)”. (al-Hadits)

Strategi merupakan seni untuk membawa musuh ke dalam suatu pertempuran pada satu waktu dan tempat yang anda inginkan. “the art of bringing the enemy into battle at a time and place of your own choosing”. Atau seni membawa suatu produk dan pasar secara bersama-sama di bawah kondisi-kondisi yang kondusif dengan keuntungan ”the art of bringing the product and the market together under conditions which are conducive to profit”. (Personal/Humen Resource Management in Australia, Randall S. Schuler dkk, hal. 4).

Da’wah, seperti dikemukakan di atas, adalah ajakan ke jalan Allah dengan hikmah dan mau’idzoh hasanah (pelajaran atau nasehat yang baik) serta debat yang baik, agar beriman kepada-Nya dan kufur terhadap segala bentuk thoghut, supaya keluar dari segala bentuk kezaliman akibat kebodohan menuju keadilan Islam.

Strategi da’wah dalam pengembangan ummat adalah seni membawa dan mengajak ummat ke dalam suatu kondisi kehidupan yang adil sebagaimana yang diinginkan Islam dan sumbangan rahmatnya dalam menata dunia.

Dalam cara pandang seorang “military strategist” bahwa strategi harus mencerminkan suatu etos perang untuk memenangkan pertempuran. Sementara dalam perspektif seorang bisnismen yang juga mengadaptasi pemikiran ahli strategi militer di atas bahwa strategi bisnis harus merefleksikan etos kerja atau seni mengantarkan suatu produk dan pasar sekaligus ke gerbang keuntungan.

Dari kedua cara pandang ini strategi adalah sistem yang memiliki kepentingan dan tujuan untuk membawa segala komponennya ke suatu kemenangan dan keuntungan. Untuk mendukung sistem ini diperlukan suatu seni atau kemampuan yang dapat diperlihatkan dalam dua jenis etos, yaitu etos kerja dan etos perang (jihad).

Demikian halnya dengan da’wah, yang juga merupakan suatu sistem dengan seluruh komponennya mulai dari tujuan, tahapan, target, objek, metode dan mekanismenya, diarahkan untuk memberikan kemenangan dan keuntungan bagi ummat khususnya dalam bidang ekonomi, politik, budaya dan pendidikan.

Da’wah sering diilustrasikan dalam al-Qur’an dengan sistem transaksi jual beli atau perdagangan. Dua ayat di atas menunjukkan hal ini, yang pertama (Surah at-Taubah 111) menyatakan adanya transaksi antara Allah dan hamba-Nya. Yang kedua (Surah Shaff: 10-11) menegaskan suatu transaksi perdagangan.

Kedua ilustrasi tersebut menggambarkan adanya tuntutan etos kerja yang optimal. Lebih jauh kedua ilustrasi itu menggambarkan implementasi kongkrit dari etos kerja seorang mu’min ( apalagi da’i) yang optimal yaitu etos jihad (perang di jalan Allah). Dalam konteks kehidupan nyata dapat diwujudkan dalam jihad (perjuangan atau perang) menuju kemenangan di segala bidang.

Sebagai suatu sistem, strategi da’wah ini harus didesain dalam suatu perencanaan (planning) sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah, shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai da’i pertama paling berhasil.

Dalam merencanakan suatu strategi diperlukan komponen-komponen dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Penguasaan nilai berbagai aspek wawasan teoritik tentang segala permasalahan kehidupan dalam pandangan Islam dan konvensonal. Hal ini dapat dilakukan secara simultan dengan pengembangan wawasan ummat mulai dari kalangan ulama, da’i, kaum intelektual sampai kalangan masyarakatnya.
  2. Penguasaan nilai data dan informasi tentang berbagai kondisi ummat baik yang positif atau yang negatif sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan oleh kalangan pengambil keputusan seperti pemerintah, anggota legislatif sampai ke tingkat direktur dan manajer perusahaan dan perdagangan.
  3. Perumusan visi dan misi tentang pemberdayaan ummat dan kepentingannya dalam upaya mengubah kondisi ummat menuju kesejahteraan dan keamanan yang memadai.
  4. Penumbuhan etos kerja sekaligus etos jihad yang terbentuk dari refleksi visi dan misinya dalam konteks kehidupan nyata, etos kerja diperlukan untuk meningkatkan kemampuan hidup di kalangan ummat, sehingga mampuh menduduki posisi-posisi strategis dalam penentuan kebijakan yang menguntungkan. Sementara etos jihad (juang dan perang) sangat diperlukan dalam pertahanan, perlindungan dan pengembangan karena pihak “musuh” sangat berkepentingan untuk menguasai aspek-aspek yang cukup menentukan nasib bangsanya.
  5. Perencanaan operasional dengan mengaudit, menghitung dan menganalisa seluruh variabel yang mempengaruhi kondisi ummat baik kekuatan internal atau eksternal ummat. Seperti jumlah para pelaku bisnis, ekonom dan politik di setiap tingkatan, jumlah dan perbandingan potensi yang dikuasai intern dan ekstern ummat.
  6. Menentukan pilihan skenario (Fiqh Prioritas) untuk mengantisipasi setiap perkembangan kondisi baik lokal, nasional maupun internasional. Perkembangan ini akan mempengaruhi kebijakan atau sikap da’i dan ulama misalnya dalam keterlibatan mereka dalam dunia ekonomi, politik dan pendidikan.
  7. Pelaksanaan (Implementation) dari setiap perencanaan menuju masa depan ummat yang berdaya dan mencerminkan kehidupan penuh rahmat bagi semesta alam.

Penutup:

Semoga masyarakat dan umat kita dapat mewujudkan peran da’wah dengan strategic planning-nya yang efektif dan efisien. Sehingga umat dan peranannya sebagai guru dunia dapat hidup dengan ma’na yang sesungguhnya. Amin.
Kontinuum Perencanaan (Perspektif Islam)

Sumber: http://nippontori.multiply.com/journal/item/7/Komitmen_Muslim_terhadap_Dakwah_dalam_Rekayasa_Masa_Depan_Umat_Studi_Strategic_Planning_

Tidak ada komentar:

 
Sumber : http://riskimaulana.blogspot.com/2011/12/tips-cara-supaya-artikel-blog-tidak.html#ixzz2E8tlcOjK