Bismillah,
Sajadah2 yang digunakan terkadang terlalu lebar dan menjadi alasan
tidak rapat shaf2 qt ketika shalat… Mungkin itu hanya sedikit alasan,
dikarenakan kita belum paham. Pada kesempatan ini akan dibahas mengenai
pentingnya merapatkan shaf ketika shalat berjamaah…
Sebagian besar kaum muslimin di Indonesia saat ini mungkin belum
mengetahui bagaimana susunan shaf shalat berjama’ah yang sesuai dengan
yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamajarkan dan
contohkan kepada kita. Buktinya, kalau kita amati shalat berjamaa’ah
mereka di masjid-masjid sekitar kita masih banyak yang tidak sesuai
dengan tuntunan, diantaranya; shaf makmum renggang bahkan ada yang
kosong, bahu makmum tidak saling menempel, antara imam dan satu orang
makmum berdiri tidak sejajar, dan kesalahan-kesalahan lainnya. Lalu bagaimana aturan shaf dalam shalat berjama’ah yang sesuai sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Saudaraku, ajaran Islam memang benar-benar sempurna dan lengkap.
Sedemikian lengkapnya sehingga soal bagaimana melaksanakan sholat
berjamaahpun diatur di dalamnya. Pernah diriwayatkan bahwa para sahabat
langsung diajarkan oleh Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam agar di dalam barisan sholat berjamaah senantiasa dipastikan lurus dan rapatnya. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bahkan memberikan ancaman berupa akibat yang akan ditimbulkan bilamana shaf dibiarkan tidak lurus.
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam selalu meluruskan shaf kami,
sehingga beliau seolah-oleh meratakan anak panah sehingga beliau melihat
bahwa kami telah memahaminya. Kemudian suatu hari beliau keluar (untuk
menunaikan sholat), lalu berdiri hingga ketika hampir mengucapkan
takbir, beliau melihat seorang lelaki dadanya keluar (menonjol) dari
shaf, maka beliau bersabda: “”Hai hamba-hamba Allah, kalian
benar-benar meluruskan shaf kalian (jika tidak) Allah akan (menimbulkan
perselisihan) di antara wajah-wajah kalian.” (HR Muslim dan Ahmad)

Berdasarkan hadits di atas, jelas Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memperingatkan kemungkinan terjadinya perselisihan antara wajah-wajah para sahabat jika mereka mengabaikan lurusnya shaf Perselisihan antara wajah dapat
juga diartikan sebagai munculnya perbedaan cara pandang dalam berbagai
masalah kehidupan. Secara jangka panjang hal ini dapat mengakibatkan
terjadinya perpecahan di tengah tubuh ummat Islam. Saudaraku, jika kita
mau jujur, persoalan kerapihan shaf sholat berjamaah di banyak masjid di
negeri kita tampaknya sudah kronis. Mungkinkah ini yang menyebabkan
sulitnya kita ummat Islam dapat bersatu menghadapi musuh-musuh Islam
dewasa ini?
Perlu disadari juga bahwa lurusnya shaf sangat mempengaruhi ke-afdhol-an sholat berjamaah yang kita lakukan dalam penilaian Allah. Sehingga Rasulullahshollallahu ’alaih wa sallam sampai bersabda:
“Luruskanlah shaf kalian, karena meluruskan shaf termasuk tegaknya sholat.” (HR Bukhary)
“Luruskanlah shaf kalian, karena meluruskan shaf termasuk kesempurnaan sholat.” (HR. Bukhari : 723 dan Muslim : 433)
Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy Syitsri hafidzahullah ketika menjelaskan hadits ini berkata :
Sabdanya : “Luruskanlah” adalah kata perintah dan dzahirnya menunjukkan wajib sebagaimana yang dikatakan oleh mayoritas ulama’.
Sabdanya : “shaf-shaf kalian” shufuf adalah bentuk jama’
dari shaf yang mana ia disandarkan kepada isim ma’rifat maka memberi
faedah umum, sama saja apakah seseorang itu berada di shaf pertama, shaf
paling belakang atau ditengah shaf.
Dzahir hadits menunjukkan bahwa perbuatan meluruskan ini ada dalam
semua perkara, karena kata kerja (fi’il amr) apabila tetap tanpa
disebutkan ma’mul(objeknya) maka memberi faedah muthlaq. Maka
sabda Nabi luruskanlah, dan tidak disebutkan dengan apa lurusnya shaf
apakah dengan meluruskan mata kaki, pundak, lutut atau yang lainnya ?
Hadits ini adalah nash muthlaq yang benar jika bersendirian, maka kita
membutuhkan taqyid dari nash/dalil yang lain.
Sabdanya : “karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat” mayoritas
ulama’ berdalil dengannya bahwa meluruskan shaf termasuk kewajiban maka
tidak boleh bagi seorang hamba meninggalkannya.
Sabdanya : “termasuk kesempurnaan shalat” menunjukkan bahwa
jika seorang hamba meninggalkan sebagian dari bagian shalat maka tidak
berpengaruh kepada shalatnya dengan syarat dia bukan termasuk rukun
shalat.
(Syarhu Umdathul Ahkam, hal : 168)

Maka saudaraku, marilah kita senantiasa memastikan bahwa saat kita
hadir dalam sholat berjamaah –apalagi jika kita menjadi Imam sholatnya-
kita senantiasa menegakkan sholat tersebut sesuai arahan dan bimbingan
Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Kita pastikan bahwa
shaf-shaf sholat berjamaah kita selalu berada dalam keadaan lurus dan
rapat. Konon menurut suatu riwayat Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu sangat
tegas dalam masalah ini sehingga beliau pernah meluruskan shaf barisan
sholat berjamaah dengan menggunakan pedangnya…! Oleh karenanya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam pernah
menyuruh para sahabat agar berbaris sebagaimana berbarisnya para
malaikat secara teratur di hadapan Allah. Sehingga para sahabat heran
dan bertanya seperti apakah barisan para malaikat di hadapan Allah itu?
“Tidakkah kalian berbaris sebagaimana berbarisnya para malaikat
(dengan rapih) di hadapan Rabb mereka?” Maka kami bertanya: ”Ya
Rasulullah, bagaimanakah berbarisnya para malaikat di hadapan Rabb
mereka?” Beliau bersabda: “Mereka menyempurnakan shaf-shaf pertama dan merapatkan shaf.” (HR Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah dan Ahmad)
Pada kesempatan lain Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallampernah
memperingatkan para sahabat agar menutup celah-celah di antara shaf
sholat berjamaah mereka dengan saling berdekatan satu sama lain antara
mereka. Sebab bilamana celah-celah tersebut dibiarkan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam dapat
melihat –dengan izin Allah- syetan menyelinap di dalam barisan
orang-orang yang sholat berjamaah laksana anak-anak kambing…!!
“Rapatkanlah shaf-shaf kalian, saling berdekatanlah, dan
luruskanlah dengan leher-leher (kalian), karena demi Dzat yang jiwaku
berada di dalam genggamannya, sesungguhnya aku melihat setan masuk dari
celah-celah shaf seakan-akan dia adalah kambing kecil.” (HR Abu Dawud)

Saudaraku, jika kita merujuk kepada hadits di atas lalu kita kaitkan
dengan realita sholat berjamaah ummat Islam kebanyakan, maka kita sangat
khawatir sudah berapa banyak syetan yang berseliweran meramaikan
barisan sholat berjamaah kaum muslimin di masyarakat kita selama ini…!
Tidak mengherankan bilamana sholat kita selama ini tidak terlalu jelas
memberikan nilai tambah bagi hadirnya akhlak mulia. Padahal Allah
menjamin bahwa sholat seseorang pasti mencegah dirinya dari berbuat keji
dan mungkar. Jangan-jangan inilah di antara faktor utamanya…!
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
”… dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS Al-Ankabut ayat 45)
Kadang kita malah menjumpai kenyataan dimana saat kita berkeinginan
untuk merapatkan shaf dengan mendekatkan diri kepada tetangga sholat
kita, malah saudara kita itu malah menjauhkan badannya dari kita.
Sehingga shaf tidak kunjung rapat, selalu saja ada celah-celah di antara
orang-orang yang sholat. Memang ini semua memerlukan edukasiummat secara massif agar kita semua dapat benar-benar meraih sholat yang berbuah akhlaqul karimah. Inilah yang dikhawatirkan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam dalam
salah satu hadits beliau. Bilamana seseorang memutuskan shaf sholat,
maka sama saja ia mengundang diputusnya rahmat Allah atas
dirinya.Sebaliknya bila seseorang menyambung shaf sholat yang tadinya
terputus justeru dia akan memperoleh sambungan rahmat Allah atas
dirinya.
مَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
“Barangsiapa menyambung suatu shaf, niscaya Allah menyambungnya
(dengan rahmatNya). Dan barangsiapa yang memutuskan suatu shaf, niscaya
Allah memutuskannya (dari rahmatNya).” (HR An-Nasai)
Ya Allah, rahmatilah kami semua dengan sebab rapihnya, lurusnya dan
rapatnya shof sholat berjamaah kami. Ya Allah, terimalah selalu segenap
’amal sholeh dan ’amal ibadah kami semua. Aamiin ya Rabb.-
Wallahu’alam bishawab
Semoga bermanfaat
Sumber: Eramuslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar