Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Bayangkan, negara archipelago ini memiliki lebih dari 17 ribu pulau dengan jumlah penduduk lebih dari SEPEREMPAT MILIAR orang!!
Woow (ノ゚0゚)ノ~
Di awal pembentukan negara ini, bangsa Indonesia memang sudah sepakat
untuk bersatu di bawah naungan Sang Saka Merah Putih. Padahal kita
sudah tahu sendiri bahwa bangsa besar ini memiliki budaya yang beragam.
Mau tak mau, masyarakat Indonesia pun akhirnya terbiasa hidup bersama
dengan saling menghormati perbedaan di antara mereka. Atau, dengan kata
lain, TOLERANSI.
Di dunia internasional, Indonesia cukup terkenal dengan toleransi
antarumat beragamanya. Semua orang bebas menunjukkan identitas
keagamaannya. Kebebasan ini bahkan dilindungi oleh UUD 1945 pasal 28E
dan pasal 29 ayat 2. Bagi warga dunia, budaya toleransi ini sangat
luarrr biasa. Yaa bolehlah kita berbangga walau sedikit.
Naaah, tapi ada satu lagi budaya toleransi di Indonesia yang cukup
unik. Saking tolerannya bangsa Indonesia, sampai-sampai WAKTU pun
ditoleransi! Keterlambatan sudah menjadi hal biasa di masyarakat. Janji
apapun selalu bisa diulur-ulur. Sampai-sampai muncullah istilah JAM
KARET, karena jam kita seringkali dimundurkan. Benar-benar superrr elastis!
Contohnya nih, dalam suatu undangan dituliskan acara akan dimulai jam
8. Tapi pada kenyataannya, toleransi waktu ala Indonesia pun berlaku.
Akhirnya barulah jam 9 acara dimulai. Tak hanya sekali, namun kebiasaan
ini tampaknya hampir terus berulang di banyak kegiatan.
“Aaah, paling-paling juga pada dateng telat. Gapapa deeh, molor dikiiit aja.”
Nah loh, siapa yang pernah mikir kayak gituu?? Hayoo..
Yang merasa orang Indonesia pasti nge-iya-in. Hehe
Kalau kita perhatikan di KBBI sendiri, salah satu pengertian
TOLERANSI adalah batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang
masih diperbolehkan. Maka bolehlah kita sebut kebiasaan ini menjadi toleransi waktu ala Indonesia.
Namun sayang sekali, tradisi toleransi kita yang satu ini sepertinya
sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia. Kenapa bisa
disebut gaya hidup? Karena sebagian besar orang di Indonesia tampaknya
memang menerapkan prinsip seperti ini. Susah ya emang merubah mental
bangsa Indonesia ini biar mau maju duluan..
Kalau tadi kita boleh berbangga hati karena toleransi beragama kita
yang memang WOW, tapi sekarang kita justru perlu introspeksi diri karena
toleransi waktu kita. Di dunia luar sana, Indonesia terkenal juga akan
keterlambatannya. Kurang disiplin. Tidak tepat waktu. Akibatnya,
kredibilitas kita pun dianggap kurang jika dibandingkan dengan negara
lain, Jepang misalnya. Walau sebenarnya tidak bisa juga dipukul rata
bahwa semua orang Indonesia berkelakuan seperti itu, tapi mayoritaslah
yang tetap dipandang.
Oleh karena itu, lewat tulisan ini, sebenernya penulis cuma mau
berpesan: toleransi memang bagus. Selama ini Indonesia sudah bisa
menjadi contoh yang baik untuk negara lain dalam mempraktekkan toleransi
di bidang agama, suku, dan perbedaan-perbedaan lain. Namun, tidak selamanya toleransi itu berimbas baik.
Tergantung masalah apa dulu yang diberi batas toleransi. Dan yang patut
diwaspadai adalah toleransi waktu ala Indonesia. Jika tradisi jam karet
ini terus diwarisi oleh anak-cucu kita, waduh bisa bahayaaa!
Marilah kita, sebagai penerus bangsa selanjutnya, bertekad
bersama-sama untuk merubah kebiasaan toleransi waktu ini. Perlulah kita
kencangkan lagi sabuk jam karet ini supaya tidak terlalu elastis!
Tapi
teteep, jaga terus kekompakan bangsa Indonesia dengan sikap tolerannya
dalam kehidupan sosial sehari-harinya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar