Mari kita bertaruh, mau jadi orang baik
atau jadi orang jahat. Kita amalkan kebaikan selama hidup kita dan
mengikuti semua yang baik-baik lalu kita mati.
Ternyata cerita tentang
kedatangan dua malaikat mungkar nakir di alam kubur serta adanya
pengadilan di hari kiamat benar ada, kita tentu beruntung. Bila ternyata
tidak ada, kita tetap tidak rugi karena setiap kebaikan, yang tulus
tentu saja, pasti menentramkan hati. Hidup tentram damai dinamis
mengikuti alur hidup seperti air yang mangaliri alur sungai sampai tiba
di laut sebagai pemberhentian terakhir, siapa tidak mau?
Atau kita berbuat sesuka hati kita,
apapun yang bikin senang dan happy, tidak peduli merugikan orang,
berfoya-foya dan berpesta tak peduli perintah agama, sekali lagi yang
penting happy, hidup hanya sekali kan? lalu kita mati dan mendapat
kunjungan mungkar nakir dengan rupanya yang angker, mau apa?
Atau mungkin mereka berdua tidak datang
tapi pengadilan akherat ternyata ada, mau apa kita? Yang konon kelak
mulut kita ini akan dikunci digantikan perannya oleh tangan lalu
disaksikan oleh kedua kaki kita yang akan bersaksi apa adanya. Tidak
dikurangi sedikitpun tidak ditambahi sedikitpun. Apa yang bisa kita
perbuat kala itu?
Atau katakanlah negeri akherat hanya
dongeng dan pelengkap dongeng sebelum tidur saja, ahai bebasnya.
Kepuasan tiada tara waktu kita melakukan kejahatan di dunia benar-benar
punya arti.
Lalu kita yang sibuk berbaik-baik di
dunia ini akan berkata: “Jadi begitu saja? Kita sekuat tenaga
menghindari kejahatan, berbuat ‘kebajikan’, berpaling dari yang
enak-enak yang dilarang karena takut peradilan akherat yang katanya maha
adil, tak berguna? Kita berjuang untuk bersikap dan berbuat iklas di
saat semua orang sibuk cari muka, itu juga lewat? Bablas wesewesewes.
Nasib!”
Ah! tidak perlu begitu juga, coba kita
mengingat orang-orang purba dahulu, yang hidup sebatas hidup, berburu,
bercocok tanam, berkembang biak, tidak pernah ada seruan kepada jalan
Allah, menyembah apa saja, tidak peduli ada apa setelah mereka mati,
kemana akan kita golongkan mereka. Dan masuk golongan manakah mereka
kalau pengadilan akherat ternyata ada?
Jadi bagaimana? Kita lebih percaya jika
hari pembalasan itu ada atau tidak? Kalau tidak percaya dan kita
terlanjur menyia-nyiakan kehidupan dunia ini untuk berbuat sesuka hati
kita, lalu ternyata hari pembalasan itu ada! Itu namanya rugi di atas
rugi. Kemalangan berlipat-lipat. Kehidupan akherat yang abadi melintasi
hari minggu bulan tahun abad milenium hingga tak terhingga tahun kita
tukar dengan kehidupan dunia yang hanya puluhan tahun. Apalagi yang
bakal kita sebut selain celaka!
Atau kita percaya, dan kita mengisi
kehidupan dunia ini dengan ajaran yang telah disyariatkan, setiap waktu,
setiap tempat, dan ternyata hari pembalasan itu tidak ada! Apakah rugi?
Apa akan kita sebut orang-orang ini?
Kami sendiri tidak berani bertaruh, dan
lebih senang menerima kenyataan bahwa bagaimanapun berbuat kebaikan itu
lebih aman. Lebih abadi! Kami lebih tentram mengimani firman-Nya:
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (QS. Al-Hajj: 5)
Kebaikan yang abadi bagi kita muslim
adalah kebaikan yang dilandasi iman kepada Allah. Tanpa itu kebaikan
hanya berputar-putar di dunia mengikuti perputaran bumi dan tak pernah
sanggup menembus pintu langit!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar