Penampakkan
secara fisik ditujukkan figure boca yang melawan Rasulullah saw, dia
bernama Ibnu Shoyyad. Masih kicil tapi sudah berani dengan Rasulullah
saw, bahkan dia sendiri mengaku menjadi Rasulullah saw dan Muhammad saw
harus tunduk kapadaku, demikia kata Ibnu Shayyad, dalam riwayat
sebelumnya. Oke-lah J.., penampakkan secara fisik masih dalam perdebatan
ulama benar dan tidak-nya. Kita tidak memerlukan hujjah untuk
membenarkan yang bersifat fisik, kita sudah mengambil jalur bahwa Dajjal
bisa saja terkonstriksi dalam hati kita bilamana menolak kebenaran,
kemudian lebih menuhankan kebatilan.
Penampakkan seperti ini sudah terjadi pada zaman di setiap kaum
dimana Allah mengutus seorang kapada kaum itu, pasti dalam kaum itu ada
Dajjal-Dajjalnya. Seperti penampakan anak Nuh as dengan Kan’an-nya, Nabi
Luth dengan kaumnya yang liwath, Nabi Musa dengan Musa samirinya,
membentuk sapi emas, kemudian kaum Bani Israil diajak menyembah patung
itu, ”Inilah tuhan kalian….!” Demikian kata Musa Samiri, ”Nabi Musa
bod*h…, kenapa Tuhan dicari di bukut Tursina…, padahal tuhan yang dicari
Musa ada disini!” Dajjalnya Nabi Ibrahim dengan raja Namrudz-nya, semua
musuh-musuh Allah disebut Dajjal! sebab mereka mencoba mengingkari
kebenaran yang dibawah oleh Nabinya. Dajjalnya Nabi Muhammad seperti Abu
Jahal atau Lahab, sebenarnya para pembesar Kafir Quraisy itu mengakui
bahwa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah benar, karena dia
gengsi, marasa kaya dan memiliki kehormatan nama besar di mata suku
Quraisy, maka mereka orang-oarang kaya itu tidak mau menerima kebenaran
yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Banyak lagi seperti Tulaihah
Al-Asadi, Musailama Al-Kadzab, dan para ahli sihir dari Yaman sepeningal
Rasulullah saw.
Orang-orang zaman sekarang dalam tubuh islam, kadang-kadang ada jenis
orang yang mengakui kebenaran shalat, namun masih berat mengerjakan
shalat, mengakui mengcopas (Copy Paste) tampa mencantumkan sumber itu
dosa, namun tetap melakukanya, korupsi itu kotor karena memakan uang
yang bukan hak-nya, namun masi jua mengerjakan.
Kalau kita saring secara jernih berdasarka nurani, itulah potret
penampakan Dajjal pada sifat dan keadaan manusia. Kunci pokok konsep
Dajjal ialah, memutarbalikkan fakta kebenaran menjadi kebatilan, begitu
pula sebaliknya, bahkan mereka akan menafsirkan Dajjal dan efeknya
timbul dari hati yang beriman.
Siapapun orangnya tidak akan berhasil menghilangkan fitnah Dajjal
secara manusiawi, kecuali orang-orang yang memiliki iman kuat. Maka dari
itu bila kita merasakan trik-trik budaya modern yang mengarah pada
kesimpulan membenarkan yang batil alasan profesionalisme, maka jauilah,
karena orang-orang yang tidak beriman kuat akan membenarkan trik-trik
itu. Rasulullah saw mengajarkan agar kita menjauhi Dajjal bila
melihatnya, dalam sabdanya:
”Barang siapa yang mendengar nama Dajjal, hendaknya ia
menjauhinya. karena demi Allah…, sesungguhnya bila ia menemui Dajjal,
maka dia akan mengira bahwa Dajjal orang beriman, kemudian ia mengikuti
konsep Dajjal dalam segala kesubhatan yang ditimbulkan.” (HR. Imam Ahmad, Imam Abu Dawud dan Imam Hakim, sanad melalui Imran bin Husen ra.)
Sekarang siapa yang tidak tergantung dengan kehidupan-kehidupan
modern, kalau tujuannya baik, demi kepentingan umum dan alat untuk bekal
akherat, hal ini tidak masalah, namun kalau sampai taraf tidak
mengindahkan aturan moral, kebenaran, dan agama, sungguh modernitas itu
bagian dari konsep Dajjal. Jauhilah dan larilah ke gunung kalau larimu
lebih bermanfaat untuk diri dan masyarakatmu, semoga kita menjadi orang yang terlindung dari fitnah Dajjal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar