“Salah satu ciri baiknya kemusliman seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak mendatangkan manfa’at baginya.” (al-Hadist)
Rasulullah telah memberi tahu kita ciri-ciri baik tidaknya seseorang
dalam ber-islam. Sungguh amat banyak Allah dan Rasul-Nya telah
menyebut-nyebut ciri orang-orang mukmin dan muslim. *Aqidah yang lurus,
ibadah yang benar, akhlak yang baik, berwawasan luas, jasad yang kuat,
mandiri secara finansial, menang terhadap nafsunya, tertata waktunya, tertata segala urusannya, dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.
Tertata waktu dan urusannya, karena seorang muslim menyadari betul bahwa waktu yang digunakan akan ditanyai: habis untuk apa? Apa amal yang kau perbuat di waktu tersebut?
Kemanfa’atan yang menambah berat timbangan pahala, ataukah
kesia-siaan yang tak mendatangkan baik pahala/ dosa, ataukah kesia-siaan
yang justru menambah berat timbangan dosa (astaghfirullahal ‘Adziim, mohon ampuni kami Rabb…)
Baru-baru ini, dengan semakin majunya zaman, dengan semakin majunya
teknologi, banyak sekali berbagai macam aktivitas yang bisa kita lakukan
dengan bantuan teknologi tsb. Begitu bukan?! Kawan, apakah kau termasuk
manusia maju yang menggunakan teknologi? Alhamdulillah…. ketika
teknologi tersebut bisa mempermudah kita melakukan amalan yang mengantar
ke pintu surga. Mengerjakan tugas, mencari ilmu, membuat proyek-proyek
besar membangun ummat…
Eit, tapi… apakah kita juga menggunakannya untuk bermain games hingga
melupakan tugas dan bahkan menabrak waktu shalat? Atau kita juga gemar
menonton bola sampai larut hingga enggan menghadap-Nya pada sepertiga
malam, bahkan shubuh kita kedodoran? Atau ibu-ibu, gemar sekali nonton
sinetron.
Sepintas memang tak ada salahnya bukan bermain games, nonton
sinetron, ataupun menonton bola?! Selayaknya, sebagai muslim, kita perlu
berpikir ulang. ‘apakah kegiatan tersebut mendatangkan manfa’at?’
“Tentu. Untuk refreshing, melepas penat,” ujar salah satu adik binaan
malu-malu tapi nakal. *ia juga sadar bahwa yang dilakukannya tidak baik
katanya. Ada lagi alasan lainnya yang lebih keren “Untuk da’wah kepada
teman yang sama-sama suka bola, dakwah kepada ibu-ibu, teman-teman, yang
suka nonton sinetron atau drama Korea (?), biar bisa nyambung.” Ok,
ok, baiklah… baiklah… kuterima alasannya.
Jika kau termasuk salah seorang yang penah atau sering mengikuti
kajian Abi (;Ustadz Syatori, ustadz spesialis jelajah hati, pimpinan
Pondok Mahasiswi Daarush Shalihat), pasti seriiiiiiiing sekali Abi
menyinggung-nyinggung (baik ikhwan ataupun akhwat) soal ‘nonton bola’.
“Silahkan bermain bola karena itu dapat melatih strategi, memperkuat
fisik, dan membangun kebersamaan. Tapi nonton bola, nonton sinetron?
Tunggu dulu. (jika Anda pelatih tim sepakbola, atau pengamat ahli
persepakbolaan, memang jadi wajib menontonnya. Tapi kita?) ” Sampai
hafal betul kebiasaan Abi yang satu ini.
Ok, soal manfaat.
Sebenarnya, apa tolak ukur suatu hal dikatakan ber-MANFA’AT ?
Jawaban Abi adalah… ketika HAL TERSEBUT DAPAT BERMANFAAT BAGI KEHIDUPAN NYATA ABADI SETELAH MATI.
Apakah ‘bermain games’ dapat menolong kita saat ditanyai oleh malaikat Munkar Nakir?
Apakah ‘menonton sinetron atau drama korea’ juga dapat menolong kita menjawab pertanyaan malaikat Munkar Nakir?
Apakah ‘nonton bola’ dapat menolong kita saat amalan kita ditimbang di pengadilan padang mahsyar yang dahsyat?
Wahai bilik hati terdalam, jawablah sesuai tabiatmu… dan kuatkan azzam-mu!
“Salah satu ciri baiknya kemusliman seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak mendatangkan manfa’at baginya.” (al-Hadist)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar