2 Jul 2012

Konsisten terhadap jalan kebaikan.


Berdakwah merupakan salah satu aktivitas yang mulia. Dakwah mengajak keluarga, sahabat karib, tetangga, atau orang yang tak dikenal untuk tetap konsisten terhadap jalan kebaikan.


 


Namun, berdakwah bukan sekadar bentuk ajakan biasa. Karenanya, ibarat membangun istana megah, dakwah butuh seni dan kepakaran. Seperti apakah adab dan etika berdakwah?

Syekh Abdul Aziz bin Fathi As-Sayyid Nada mengupasnya dalam Ensiklopedi Adab Islam Menurut Alquran dan As-Sunah. Ia mengatakan, seorang yang berkeinginan terjun di dunia dakwah harus mengetahui terlebih dahulu adab-adab se putar dakwah.

Tujuannya, agar seorang dai yang mengajak kepada agama bisa mengamalkan adab-adab tersebut. Dengan demikian, diharapkan proses itu bisa mengantarkannya pada kesuksesan berdakwah.

Syekh Abdul Aziz Nada mengemukakan, adab yang paling utama dan mendasar kala hendak mengajak orang lain ke jalan kebajikan ialah meluruskan niat. Ikhlas adalah penentu diterima atau tidaknya suatu amalan.

“Bila dakwah yang ia lakukan tidak berdasar pada keikhlasan, maka hal ini bisa berdampak pada hilangnya nilai pahala dakwahnya. Selain itu pula, dampak lebih jauh ialah dakwah yang ia lakoni terancam tak berbuah,” papar Syekh Nada.

 


Selain meluruskan niat, lanjut dia, seorang dai harus memiliki kompetensi dan kapasitas keilmuan yang mumpuni. Membekali diri dengan ilmu-ilmu syariah merupakan hal mutlak bagi dai. Pengetahuan itu, bisa lebih disempurnakan dengan wawasan kontemporer yang akan memperkaya materi dan membuat dakwah yang ia jalankan tidak monoton.

Pentingnya mempersenjatai diri dengan ilmu bagi seorang dai, ditegaskan Allah dalam firman-Nya, “Katakanlah, ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik’.” (QS. Yusuf: 108).

Syekh Nada menambahkan, hendaknya dai memiliki kemampuan membaca situasi dan kondisi serta kesiapan objek dakwah. Pun demikian dengan metode dan cara penyampaian dakwah. Tidak semua metode layak digunakan. Misalnya saja, cara yang bermanfaat bagi masyarakat awam belum tentu bisa dipakai mendakwahi raja atau penguasa.

Hal ini sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Musa dan Harun AS. Allah SWT menyerukan kepada keduanya agar menghadapi Firaun secara elegan dan bersahaja. “Maka, berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaaha: 44).

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/07/01/m6hlke-tuntunan-islam-bekal-utama-dakwah-1

Tidak ada komentar:

 
Sumber : http://riskimaulana.blogspot.com/2011/12/tips-cara-supaya-artikel-blog-tidak.html#ixzz2E8tlcOjK