Hidup adalah kumpulan hari, bulan, dan tahun yang berputar tanpa
pernah kembali lagi. Setiap hari umur bertambah, usia berkurang. Hal
itu berarti kematian kian dekat. Semestinya kita kian arif dan bijak
menjalaninya, tetap dalam kesalehan, bertambah kuat akidah, semakin
khusyuk dalam beribadah, dan mulia akhlak. Pada puncak kebaikan itu
lalu kita wafat, itulah husnul khatimah.
Kehidupan jasad hanyalah sementara di dunia. Sedangkan kehidupan roh
mengalami lima fase, yaitu: arwah, rahim, dunia, barzah, dan akhirat.
Berarti hidup di dunia hanya terminal pemberhentian menuju akhirat.
Allah SWT mengingatkan, ''Kehidupan akhirat adalah lebih baik dan
lebih kekal.'' (QS: Al-A'laa [87]: 17).
Rasulullah saw menggambarkan
bahwa hidup ini tak ubahnya seorang musafir yang berteduh sesaat di
bawah pohon yang rindang untuk menempuh perjalanan tanpa batas.
Karena itu, bekal perjalanan mesti disiapkan semaksimal mungkin.
Sebaik-baik bekal adalah takwa (QS Albaqarah [2]: 197).
Merenungi Kehidupan Setelah Kematian
Setiap jiwa pasti akan menemui ajalnya. Tiada setiap jiwa pun yang
kekal abadi hidup di dunia. Bila ajal telah tiba tak ada yang bisa
menghindar dan lari darinya. Bukan berarti telah berakhir sampai
disini. Tetapi telah berpindah ke alam berikutnya, yaitu alam kubur
atau alam barzakh, yang termasuk bagian dari beriman kepada hari akhir.
*****
Merenungi Kehidupan Setelah Kematian
Setiap
yang telah memasuki alam kubur maka akan mengalami fitnah kubur.
Yaitu ujian berupa pertanyaan dua malaikat kepada si mayit, tentang
Rabbnya, agamanya dan Nabinya. Dari ujian ini akan diketahui apakah dia
termasuk hamba-Nya yang jujur keimanannya sehingga berhak mendapatkan
nikmat kubur, atau apakah dia termasuk yang dusta keimanannya
sehingga berhak mendapakan adzab kubur.
Ini merupakan aqidah
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang wajib setiap mu’min untuk meyakini
kebenaran adanya fitnah kubur, nikmat kubur dan adzab kubur. Termasuk
konsekuensi dari beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassallam adalah meyakini kebenaran apa yang
dikhabarkan di dalam Al Qur’an dan As Sunnah tentang kejadian-kejadian
di alam ghaib. Di awal-awal ayat Al Qur’an Allah Ta’ala mengkhabarkan
ciri orang-orang yang mendapatkan hidayah dan keberuntungan di dunia
dan di akhirat, diantaranya adalah orang yang beriman tentang perkara
ghaib. Allah Ta’ala berfirman (artinya):
“Orang-orang yang beriman
kepada yang ghaib, menunaikan shalat dan menginfaqkan sebagian yang
Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka pula beriman kepada apa
yang diturunkan kepada mereka (Al Qur’an) dan kitab-kitab yang
diturunkan sebelumnya, serta mereka yakin akan adanya kehidupan
akhirat. Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Rabb mereka dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al Baqarah: 3-5)
Dalil – Dalil Tentang Fitnah Kubur
Dalil-dalil yang menunjukan adanya fitnah kubur, diantaranya;
Dalam Al Qur’an firman Allah ?:
يُثَبِّتُ
اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ
اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan dengan al qauluts tsabit
kepada orang-orang yang beriman dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat.” (Ibrahim: 27)
Di dalam ayat di atas menetapkan akan adanya
fitnah kubur. Karena Allah Ta’ala memberikan kemulian kepada
orang-orang yang benar-benar beriman dengan diteguhkannya al qaulul
tsabit. Yaitu keteguhan iman si mayit di alam kubur ketika ditanya oleh
dua malaikat. Sebagaimana hadits dari shahabat Al Barra’ bin ‘Azib ?
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
إِذَا
أُقْعِِدَ الْمُؤْمِنُ فِي قَبْرِهِ أُتِيَ ثُمَّ شَهِدَ أَنْ لاَ إِله
إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ فَذَالِكَ قَوْلُهُ
تَعَالَى : يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ
“Jika
seorang mu’min telah didudukkan di dalam kuburnya kemudian didatangi
(dua malaikat dan bertanya kepadanya) maka dia akan (menjawab) dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat:
أَنْ لاَ إِله إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Itulah
al qauluts tsabit sebagaimana yang tertera dalam firman Allah Ta’ala
di atas.” (H.R. Al Bukhari no. 1379 dan Muslim no. 2871)
Ayat di
atas juga sebagai dalil bahwa peristiwa fitnah kubur ini merupakan
bagian dari hari akhir. Karena Allah Ta’ala menyebutkan peristiwa
fitnah kubur ini dengan lafadz “wafil akhirah” yaitu di hari akhir.
Demikian
pula dari As Sunnah, dari shahabat Al Barra’ bin ‘Azib yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud 2/281, Ahmad 4/287 dan selain keduanya,
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam mengisahkan peristiwa
fitnah kubur yang akan dialami oleh orang mu’min dan orang kafir.
Keadaan orang mu’min ketika ditanya oleh dua malaikat, maka dia akan
dikokohkan jawabannya oleh Allah ?. Siapakah Rabb-mu? Dia akan bisa
menjawab: Rabb-ku adalah Allah. Apa agamamu? Dia akan bisa menjawab:
Agamaku adalah Islam. Siapakah laki-laki ini yang diutus kepadamu? Dia
pun bisa menjawab: Dia adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam
(Demikianlah Allah Ta’ala pasti memenuhi janji-Nya sebagaimana dalam
Q.S. Ibrahim: 27 di atas). Sebaliknya keadaan orang kafir ketika
ditanya oleh dua malaikat, maka dia tidak akan bisa menjawab. Siapakah
Rabb-mu? Dia akan menjawab: Hah, hah, saya tidak tahu. Apa agamamu?
Dia akan menjawab: Hah, hah, saya tidak tahu. Lalu siapakah laki-laki
ini yang diutus kepadamu? Dia pun akan menjawab: Hah, hah, saya tidak
tahu.
Demikian pula hadits dari Ummul Mu’minin Aisyah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
فَأُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُوْنَ فِي قُبُورِكُمْ مِثْلُ أَوْ قَرِيْبٌ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ
“Telah
diwahyukan kepadaku sungguh akan ditimpakan fitnah kepada kalian di
dalam kubur-kubur kalian seperti atau hampir mirip dengan fitnah Al
Masih Ad Dajjal.” (H.R. Al Bukhari no. 87 dan Muslim no. 905)
Padahal
fitnah Al Masih Ad Dajjal merupakan fitnah terbesar dari
fitnah-fitnah yang terjadi sejak diciptakan Adam sampai hari kiamat
nanti. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
مَا بَيْنَ خَلْقِ آدَمَ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ أَمْرٌ أكْبَرُ مِنَ الدَّجَّالِ
“Tidak
ada fitnah yang paling besar sejak diciptakan Adam sampai hari kiamat
dibanding dengan fitnah Dajjal.” (Muslim no. 2946)
Sehingga fitnah
kubur itu pun amat ngeri seperti atau hampir mirip dengan fitnah
Dajjal, kecuali bagi orang-orang yang jujur keimanannya. Oleh karena
itu bila si mayit telah dikuburkan maka dianjurkan bagi kita untuk
mendo’akannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
اسْتَغْفِرُوا لأَخِيْكُمْ وَاسْأَلُوا لَهُ التَثْبِيْتَ فَإِنَّهُ الآنَ يُسْئَلُ
“Mohonkan
ampunan untuk saudaramu, dan mohonkan untuknya keteguhan (iman),
karena sesungguhnya dia sekarang sedang ditanya.” (Shahihul Jami’ no.
476)
Adapun nama dua malaikat tersebut adalah malaikat Munkar dan
Nakir, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi no. 1071,
Ibnu Hibban no. 780 dan selain keduanya dari shahabat Abu Hurairah ?.
Hadits ini dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah
no. 1391.
Dalil – Dalil Adzab Kubur Dan Nikmat Kubur
Setelah
mengalami proses fitnah kubur, maka akan mengalami proses berikutnya,
yaitu proses nikmat kubur dan adzab kubur. Bila dia selamat dalam
fitnah kubur maka dia akan mendapatkan nikmat kubur dan sebaliknya bila
ia tidak selamat dalam fitnah tersebut maka dia akan mendapatkan
adzab kubur.
Para pembaca, proses ini pun merupakan perkara ghaib
yang harus diyakini kebenarannya. Karena Allah Ta’ala dan Rasul-Nya
telah mengkhabarkan peristiwa ini di dalam Al Qur’anul Karim dan As
Sunnah An Nabawiyyah.
Di antara dalil dalam Al Qur’an yaitu
firman Allah Ta’ala (artinya): “…, Alangkahnya dahsyatnya sekiranya
kamu melihat diwaktu orang zhalim (kafir) berada dalam tekanan-tekanan
sakaratul maut sedang para malaikat memukul dengan tangan mereka,
sambil berkata: ‘Keluarkanlah nyawamu.’ Pada hari ini (sekarang ini,
sejak sakaratul maut) kamu dibalas dengan siksaan yang sangat
menghinakan. Karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah dengan
perkataan yang tidak benar dan selalu menyombongkan diri terhadap
ayat-ayat-Nya.” (Al An’am: 93)
Berkata Asy Syaikh Abdurrahman As
Sa’di dalam kitab tafsirnya Taisirul Karimir Rahman: “Ayat ini sebagai
dalil tentang adanya adzab di alam barzakh dan kenikmatan di
dalamnya. Dan adzab yang diarahkan kepada mereka dalam konteks ayat
ini terjadi sejak sakaratul maut, menjelang mati dan sesudah mati.”
Dalam
Q.S. Ghafir ayat ke 46 Allah Ta’ala berfirman (artinya): “ (Salah
satu bentuk azdab di alam barzakh nanti) Neraka akan ditampakkan di
waktu pagi dan petang kepada Fir’aun dan para pengikutnya. Kemudian
pada hari kiamat (dikatakan kepada malaikat): Masukkanlah Fir’aun dan
kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.”
Berkata Al Imam Ibnu
Katsir Asy Syafi’i: “Ayat di atas merupakan landasan utama yang
dijadikan dalil bagi aqidah Ahlus Sunnah tentang adanya adzab di alam
kubur.” (Lihat Al Mishbahul Munir)
Adapun dalil dari As Sunnah,
diantaranya; hadits dari Al Barra’ bin ‘Azib ?, bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
اسْتَعِيْذُوا بِاللهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur (diulangi sampai 2/3 kali).” Kemudian Rasululah ? berdo’a:
اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُبِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari adzab kubur (sampai 3 kali).”
Kemudian
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam menggambarkan keadaan orang
mu’min dengan dibentangkan tikar dari al jannah, dikenakan pakaian
dari al jannah dan dibukakan pintu baginya ke arah al jannah yang
mendatangkan aroma harum, serta diperluas tempatnya di alam kubur
seluas mata memandang. Sebaliknya keadaan orang kafir, maka
dibentangkan baginya tikar dari neraka, dibukakan pintu yang mengarah
ke neraka yang mendatangkan panas dan aroma busuk, serta disempitkan
tempatnya di alam kubur sampai tulang belulangnya saling merangsek.
(H.R. Abu Dawud 2/281 dan lainnya)
Dalam riwayat Al Imam Ahmad 6/81 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
اسْتَعِيْذُوا بِاللهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ فَإِنَّ عَذَابَ الْقَبْرِ حَقٌّ
“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur, karena sesungguhnya adzab kubur itu adalah benar adanya.”
Dalam
hadits Ibnu Abbas ?, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam
pernah melewati dua kuburan. Kemudian beliau bersabda:
أَمَا
إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيْرٍ أَمَّا
أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيْمَةِ وَأَمَّا الآخَرُ فكَانَ لاَ
يَسْتَنْزِهُ مِنْ بَوْلِهِ
“Kedua penghuni ini sungguh sedang
mendapat adzab. Dan tidaklah keduanya diadzab karena melakukan dosa
besar. Adapun salah satunya karena berbuat namimah (adu domba) dan yang
kedua karena tidak membersihkan air kecingnya.” (H.R. Muslim no. 292)
Demikian pula do’a yang ditekankan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam sebelum salam ketika shalat:
اللهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُبِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَ الْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ
الدَّجَّالِ
“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari
adzab jahannam, dari adzab kubur, dan dari fitnah selama hidup dan
sesudah mati, serta dari fitnah Al Masih Ad Dajjal.” (H.R. Muslim dan
selainnya, lihat Al Irwa’ no. 350)
Apakah adzab kubur dan nikmat
kubur itu terus menerus? Adapun adzab kubur bagi orang kafir adalah
terus menerus sampai datangnya hari kiamat. Sedangkan bagi orang mu’min
yang bermaksiat, bila Allah Ta’ala telah memutuskannya untuk
mengadzabnya maka tergantung dengan dosa-dosanya. Mungkin dia diadzab
terus menerus dan juga mungkin tidak terus menerus, mungkin lama dan
mungkin juga tidak lama, tergantung dengan rahmat dan ampunan dari
Allah ?. Mungkin pula orang mu’min yang bermaksiat tadi diputuskan
tidak mendapat adzab sama sekali dengan rahmat dan maghfirah Allah ?.
Semoga kita diselamatkan oleh Allah Ta’ala dalam fitnah kubur dan dari
adzab kubur.
Para pembaca, semua peristiwa yang terjadi di alam
kubur itu merupakan perkara ghaib yang tidak bisa dinilai kebenarannya
dengan logika, analisa dan eksperimen. Bahkan semua peristiwa di alam
kubur itu amatlah mudah bagi Allah ?. Karena Allah Ta’ala memilki
nama Al Qadir Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sehingga peristiwa
di alam kubur harus dinilai dan ditimbang dengan nilai dan timbangan
iman. Karena ini adalah perkara yang ghaib yang tidak bisa dijangkau
oleh kemampuan akal dan logika manusia. Karena ini adalah perkara yang
ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh kemampuan akal dan logika
manusia. Sehingga bila ada manusia yang mati tenggelam dilaut yang
badannya hancur dimakan ikan laut, atau manusia yang mati terbakar
sampai menjadi abu sangatlah mudah bagi Allah Ta’ala untuk
mengembalikannya.
Marilah kita perhatikan firman Allah Ta’ala
(artinya): “Dan kami (malaikat) lebih dekat kepadanya (nyawa) dari
pada kalian. Tetapi kalian tidak bisa melihat kami.” (Al Waqi’ah: 85)
Ketika
malaikat hendak mencabut nyawa seseorang, sesungguhnya malaikat
tersebut ada disebelahnya tetapi ia tidak bisa dilihat oleh mata
kepalanya. Demikianlah kekuasaan dan kagungan Allah Ta’ala yang tidak
tidak bisa diukur dengan logika manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar