Ada satu hal yang harus kita perhatikan
betul, yaitu jihad melawan hawa nafsu bukanlah jihad yang terbesar,
sebagaimana yang di klaim oleh kaum “ Tasawwuf ” dan orang-orang “yang
mengaku berilmu” yang mengajak dan menarik manusia kepada keyakinan
tersebut, padahal tujuan utama mereka adalah untuk memalingkan manusia
dari berjihad sehingga enggan dan tidak mau berjihad.
Adapun yang menjadi rujukan mereka
mengenai hal ini, yaitu yang mereka yakini sebagai sebuah shdits yang
berbunyi, : ”Kita telah kembali dari jihad kecil menuju jihad kbar….”,
merupakan hadits dho’if dan tidak benar.
Al-Baihaqi, Al-Iroqi, As-Suyuthi, Albani serta ulama-ulama lainnya menilai hadits ini adalah dho’if.
Amirul Mukminin Fil Hadits, Al Hafidz
Ibnu Hajar mengatakan di dalam kitab Tasdiidul Qous, bahwa hadits
tersebut masyhur dibicarakan, padahal itu bukanlah hadits. Yang benar
adalah kata-kata dan ucapan Ibrahim Bin ‘Ablah, seorang Tabi’ut Tabi’in
(generasi ke tiga dalam islam setelah generasi Shahabat, Tabi’in Baru
kemudian Tabi’ut Tabi’in).
Bukti yang paling nyata dan jelas yang
menunjukkan bahwa hadits ini tidak benar adalah bahwa yang mengucapkan
(seandainya itu hadits) adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
yang selalu mereka nisbatkan hadits ini kepada beliau, sama sekali tidak
duduk berpangku tangan dan berleha-leha dari berperang. Selama tinggal
di Madinah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam berperang sebanyak
27 kali, dengan keterangan sebagai berikut, :
عَنْ أَبِي إِسْحَا قَ قَالَ سَأَلْتُ زَيْدَابْنَ أَرْقَمَ كَمْ غَزَوْتَ مَعَ رَسُوْ لِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , قَالَ سَبْعَ عَشْرَةَ وَقَالَ: حَدَّثَنِي زَيْدُبْنُ أَرْقَمَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ غَزَا تِسْعَ عَشْرَةَ وَ أَنَّهُ حَجَّ بَعْدَ مَا هَاجَرَ حَجَّةً وَاحِدَةً حَجَّةَ الْوَدَاعِ
"Dari Abu Ishak, Ia berkata, : "Aku bertanya kepada Zaid bin Arqam, : “berapa kali engkau ikut perang bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam ?" Zaid menjawab, : “tujuh belas kali. Selanjutnya Zaid bin Arqam bercerita kepadaku bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah berperang sebanyak sembilan belas kali dan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menunaikan satu kali Haji setelah Hijrah, yaitu Haji Wada’.
عَنْ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ : غَزَوْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ
سَلَّمَ سَبْعَ غَزَوَاتٍ وَخَرَجْتُ فِيْمَا يَبْعَثُ مِنَ
الْبُعُوْثِ تِسْعَ غَزَوَاتٍ مَرَّةً عَلَيْنَا أَبُوْ بَكْرٍ وَمَرَّ
ةً عَلَيْنَا أُسَامَةُ ابْنُ زَيْدٍ
“Dari Salamah, Ia berkata, : "Aku
pernah ikut berperang bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
sebanyak tujuh kali, serta pernah ikut serta dalam pasukan perang yang
diutus Beliau sembilan kali. Terkadang kami dipimpin oleh Abu Bakar dan
terkadang juga dipimpin oleh Usamah bin Zaid”.
1. Ghozwah, yaitu perang yang dipimpin langsung oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam sebanyak sembilan belas kali.
2. Sariyah, yaitu pasukan yang
diperintah langsung oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam,
tetapi Beliau tidak ikut dalam pasukan tersebut sebanyak delapan kali.
Itulah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam, Beliau selama 10 tahun hidup di Madinah berperang secara
langsung di kancah peperangan, yang terkenal diantaranya adalah : Perang
Badar, Perang Uhud, Perang Khandak, Perang Bani Quroizhoh, Perang
Khaibar, Perang Hunain, Perang Tabuk dan lainnya. Demikian juga dengan
para Shahabat yang juga merupakan murid-murid dan sekaligus pengikut
beliau yang paling setia, mereka terdidik dengan jihad yang sambung
menyambung yang tidak putus sampai mereka semua bertemu dengan Rabb-nya.
Hidup mereka selalu berada di kancah peperangan dan hidup mereka selalu
berada diujung kematian dan bayangan pedang. Mereka tidak pernah
lengah, istirahat apalagi berhenti dari urusan Jihad (Perang).
Bahkan dalam Hadits tersebut di atas
menyatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam selama
tinggal dan bermukim di Madinah, Beliau hanya melakukan ibadah Haji
sekali saja, yaitu Haji Wada’. Justru beliau melaksanakan Jihad dan
peperangan secara langsung yang beliau terjuni sebanyak 19 (sembilan
belas) kali.
Seandainya yang mereka katakan benar
tentang Jihad dalam artian berperang melawan orang-orang kafir merupakan
Jihad kecil, tentu mereka yang mengaku sebagai orang-orang yang berilmu
tersebut akan mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Pasti mereka akan memulai latihan dengan
menanggung hal yang mereka anggap kecil-kecil dulu, baru kemudan hal
yang besar, lalu yang lebih besar lagi. Sehingga meningkat dari yang
terendah sampai yang tertinggi.
Jadi, mulailah dari hal yang dianggap kecil tadi, baru yang besar !!
Memang, para Ulama pun tetap mengakui
bahwa melawan hawa nafsu masih merupakan Jihad, tapi bukan berarti kita
meninggalkan Jihad dalam arti yang sesungguhnya.
Memerangi hawa nafsu memang sangat
penting, tapi lebih penting lagi memerangi orang kafir yang memerangi
Islam. Jangan sampai kita terlena oleh hal-hal yang sifatnya untuk
kepentingan pribadi, mengabaikan kepentingan ummat.
Kalau kita sibuk memerangi hawa nafsu,
hanya berdiam diri di rumah atau di masjid atau di majlis-majlis ilmu
dan dzikir, lalu siapa yang akan memerangi orang-orang kafir yang
menghancurkan Islam. Jika Islam hancur, lalu siapa yang salah???
Hadits dho’if tadi juga menyelisihi Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
لا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً وَكُلا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar” (QS. An-Nisa ayat 95)
Menyebut perang melawan orang kafir
sebagai jihad kecil merupakan suatu pernyataan yang tidak ada satupun
dalil yang mendukungnya, baik dalil dari Al-Qur’an ataupun As-Sunnah.
Jadi pernyataan tersebut merupakan pernyataan yang bathil, mengada-ada
dan hanya merupakan alasan orang-orang yang tidak mau berjihad. Itu
hanyalah alasan orang-orang yang takut terhadap kematian dan lebih
mementingkan urusan dunia dibanding dengan urusan Dien Ini. Mereka lebih
mencintai kenikmatan dunia dibandiing janji Allah tentang kenikmatan
Jannah.
Walaupun Mereka Beralasan Dengan Berjuta
Argumentasi Untuk Mendukung Pembenaran Ucapan Mereka, Pada Intinya
Adalah Mereka Lebih Mencintai Kenikmatan Dan Kehidupan Dunia Dibandieng
Dengan Kehidupan Dan Kenikmatan Akhirat, Sebagaimana Yang Diungkapkan
Oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
وَعَنْ ثَوْبَانَ قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ : «يُوْشِكُ اْلأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا
تَدَاعَى اْلأَكَلَةُ إِلىَ قَصْعَتِهَا»، فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ
قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: «بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ
كَثِيْرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ
اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ
وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِيْ قُلُوْبِكُمُ اْلوَهْنَ»، فَقَالَ قَائِلٌ:
يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا اْلوَهْنُ؟ قَالَ: «حُبُّ الدُّنْيَا
وَكَرَا هِيَةُ الْمَوْتِ» أَخْرَجَهُ أَبُوْ دَاوُدَ.
وَفِيْ رِوَايَةٍ لِأَحْمَدَ: «حُبُّكُمُ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَتُكُمُ الْقِتَالَ
“Dan dari Tsauban berkata, :
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, : “Sebentar lagi
bangsa-bangsa akan mengeroyok kalian sebagaimana orang–orang makan
mengelilingi nampannya”. Ada seseorang bertanya, : “apakah karena
sedikitnya jumlah kami ketika itu?” Beliau bersabda,: “bahkan ketika
itu kalian banyak, akan tetapi kalian seperti buih lautan. Sungguh Allah
akan mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kalian terhadap kalian
dan Allah benar-benar akan mencampakkan sifat wahn di dalam hati-hati
kalian”. Ada seseorang bertanya, : “Wahai Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam, apakah wahn tu?” Beliau bersabda, : “cinta dunia
dan benci mati”. ( dikeluarkan Abu Dawud ).
Dalam riwayat Ahmad, : “…Kecintaan kalian kepada dunia, dan ketidak sukaan kalian kepada perang”.
Hal ini pulalah yang difahami oleh Abu
Bakar As-Shiddiq yang merupakan Shahabat yang paling utama, sehingga
ketika beliau diangkat sebagai khalifah, beliau mengucapkan kalimat
seperti yang tercantum di bawah ini :
وَبَعْدَ أَنْ بَايَعَ
اْلمُسْلِمُوْنَ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ بِاْلخِلاَفَةِ تَكَلَّمَ
أَبُوْ بَكْرٍ فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ بِالَّذِيْ هُوَ
أَهْلُهُ ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنِّي قَدْ
وُلِّيْتُ عَلَيْكُمْ وَلَسْتُ بِخَيْرِكُمْ فَإِنْ أَحْسَنْتُ
فَأَعِيْنُوْنِيْ، وَإِنْ أَسَأْتُ فَقَوِّمُوْنِيْ، اَلصِّدْقُ
أَمَانَةٌ وَاْلكَذِبُ خِيَانَةٌ، وَالضَّعِيْفُ فِيْكُمْ قَوِيٌّ
عِنْدِيْ حَتَّى أُرْجِعَ عَلَيْهِ حَقَّهُ إِنْ شَاءَ اللهُ،
وَاْلقَوِيُّ فِيْكُمْ ضَعِيْفٌ حَتَّى آخُذَ اْلحَقَّ مِنْهُ إِنْ
شَاءَ اللهُ، لاَ يَدَعُ قَوْمٌ اْلجِهَادَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ
إِلاَّ خَذَلَهُمُ اللهُ بِالذُّلِّ، وَلاَ تَشِيْعُ اْلفَاحِشَةُ فِي
قَوْمٍ إِلاَّ عَمَّهُمُ اللهُ بِاْلبَلاَءِ، أَطِيْعُوْنِيْ مَا
أَطَعْتُ اللهَ وَرَسُوْلَهُ، فَإِذَا عَصَيْتُ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَلاَ طَاعَةَ لِيْ عَلَيْكُمْ» رَوَاهُ ابْنُ إِسْحَاقَ، قَالَ ابْنُ
كَثِيْرٍ: وَهَذَا إِسْنَادٌ صَحِيْحٌ
“Dan setelah kaum muslimin mengambil
sumpah (baiat) dari Abû Bakar Ash-Shiddiq untuk menjabat sebagai
khalifah, Abû Bakar berpidato. Maka ia memuji Allah dan menyanjung-Nya
sesuai yang pantas bagi-Nya, setelah itu ia berkata,:
“Amma ba‘du…wahai ummat manusia, aku
telah diangkat sebagai pemimpin kalian padahal aku bukanlah yang
terbaik di antara kalian. Jika aku berbuat baik, bantulah aku. Jika
aku berbuat buruk, luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah. Dusta
adalah pengkhianatan. Orang lemah di antara kalian adalah kuat bagiku
sampai aku kembalikan hak yang menjadi miliknya, Insyâ Allah. Orang
kuat di antara kalian adalah lemah bagiku, Sampai aku mengambil hak
yang harus ia tunaikan, Insya Allah. Tidaklah suatu kaum meninggalkan
jihad di jalan Allah melainkan Allah akan mentelantarkan mereka dengan
kehinaan. Dan tidaklah perbuatan seronok merajalela pada suatu kaum
melainkan Allah akan meratakan musibah kepada mereka. Taatilah aku
selama aku mentaati Allah dan Rasul-Nya, Jika aku bermaksiat kepada
Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban taat bagi kalian kepadaku. ”
(Diriwayatkan oleh Abu Ishaq, Ibnu Katsir berkata, : " Ini Isnad-nya Shohih").
Itulah ucapan Abu Bakar As-Shiddiq.
Beliau menyatakan bahwa apabila suatu kaum meninggalkan Jihad, maka
Allah akan menelantarkan mereka dengan kehinaan. Ini merupakan
penjelasan dari hadits, :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ ا لله ُ
عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ: «إِذَا
تَبَايَعْتُمْ بِاْلعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ اْلبَقَرِ
وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ اْلجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ
عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَيَنْزِعُهُ عَنْكُمْ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى
دِيْنِكُمْ» أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَأَبُوْ دَاوُدَ
“Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu 'Anhu
berkata, : " Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, : “
Jika kalian berjual beli dengan sistem ‘Inah (sejenis riba, pen.),
kalian memegang ekor-ekor sapi, kalian senang dengan cocok tanam,
kemudian kalian meninggalkan jihad, Allah akan timpakan kehinaan kepada
kalian yang kehinaan itu tidak akan dia cabut dari kalian sampai kalian
kembali kepada agama kalian. ” (dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi)
Jadi intinya orang yang tidak mau dan
enggan berjihad dengan alasan apapun juga, hal itu disebabkan karena
kecintaan mereka terhadap dunia dan kebencian mereka terhadap akhirat.
Ini merupakan ciri dan sifat dari orang
yang tidak beriman kepada Allah dan juga tidak beriman kepada hari
akhirat. Padahal hal ini merupakan bagian dari rukun Iman. Apabila rukun
Iman yang enam ada dalam dirinya secara utuh, maka dia disebut sebagai
orang yang beriman. Tapi apabila hilang satu saja dari dirinya atau
bahkan lebih dari satu, maka telah hilang keimanan dari dirinya dan dia
tidak berhak disebut sebagai orang yang beriman.
Lagi pula, orang yang berjihad melawan
hawa nafsunya dengan sungguh-sungguh sampai berhasil menaklukkannya,
pasti akan bersegera untuk melaksanakan perintah Allah ‘Azza Wa Jalla
untuk segera memerangi orang-orang kafir. Sedangkan orang yang tidak mau
ikut memerangi orang-orang kafir, pada dasarnya mereka bukanlah orang
yang berjihad melawan hawa nafsu dalam rangka melaksanakan perintah
Allah. Mereka hanya mencari-cari alasan dan berkilah.
Maka jelaslah, barangsiapa berdalih
dengan alasan bahwa Jihad terbesar adalah memerangi hawa nafsu untuk
membenarkan sikap berpangku tangan mereka dari memerangi orang-orang
kafir, merupakan kilah syetan yang ujung-ujungnya akan memalingkan kaum
Muslimin untuk tidak berjihad melawan musuh-musuh mereka dari kalangan
orang-orang kafir dan musyrik.
Pada dasarnya mereka adalah orang-orang
yang apabila urusan dunia mereka diusik, mereka akan bangkit dengan
segera, tetapi apabila mereka melihat agama ini hancur akibat serangan
orang-orang kafir, hati dan badan mereka samasekali tidak akan tergerak
untuk membela agama. Mereka pada hakikatnya adalah orang-orang yang
dayus, yaitu orang yang sudah tidak mempunyai lagi ghirah (rasa cemburu)
terhadap Dien ini.
Ummat telah ditimpa penyakit
"orang-orang menyimpang" yang telah dikunci mati hatinya. Mereka
mengatakan ---baik dengan lisan maupun sikap--- perkataan keji,
menyesatkan dan bertolak belakang dengan kedua wahyu maupun fitrah yang
sehat. Mereka mengatakan ; tidak ada jihad…yang ada hanyalah dakwah.
Mereka menihilkan kewajiban jihad dengan alasan-alasan sepele dan
permainan logika; yang sebenarnya sama sekali tidak berdasar akal yang
sehat (logis)! mereka membutakan diri dari dalil-dalil syariat. Mereka
menyelewengkan makna dalil-dalil syariat, supaya sesuai dengan hawa
nafsu mereka yang membuang jihad dari kamus rasio mereka. Mereka
menyelewengkan istilah jihad, maka muncul istilah jihad pena, jihad
dakwah dan jihad dialog, bahkan istilah jihad budaya yang tidak dikenal
dalam istilah para pendahulu ummat ini.
Istilah-istilah ini benar, seandainya
diletakkan pada tempatnya. Sayang, semuanya digunakan untuk membuang "
Perang ". Mereka tidak mempunyai hujah yang jelas. Pendapat mereka
gugur, bertabrakan dengan nash-nash yang sharih (tegas), fitrah yang
lurus dan akal sehat. Ada lagi kelompok ganjil lainnya, mereka membuat
teori-teori jihad, padahal mereka sendiri tidak berjihad (qa'idun).
Mereka mengklasifikasikan jihad dan
mujahidien, sementara mereka dalam buaian istri-istri mereka. Mereka
berada diatas kasur dan sofa yang empuk. Mereka berkata, ; “tidak ada
jihad hari ini, ummat Islam lemah, ummat Islam dalam kondisi dhu’afa.
Kondisi ummat sama persis dengan fase Makkah, maka wajib menahan
diri,mencukupkan diri dengan sabar dan dakwah. Jihad membuat hasil-hasil
dakwah kita selama belasan tahun sirna begitu saja. Maslahat menuntut
kita menunda jihad. Seluruh argumentasi mereka tegak di atas dasar
logika semata, tidak mampu bertahan bila dihadapkan dengan nash-nash
yang sharih dan fitrah yang lurus.
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
memberitahu kita, akan adanya sekelompok ummat Islam yang senantiasa
menang dan berjihad di jalan Allah. Beliau memberitahu kita, bahwa
jihad akan senantiasa berlangsung sampai hari kiamat. Beliau memberitahu
kita, bahwa kelemahan dan kehinaan yang menimpa kita saat Ini.adalah
disebabkan karena meninggalkan jihad, mencintai dunia dan takut mati.
Bagaimana kita mengharapkan ‘Izzah dan kekuatan dengan meninggalkan
jihad ?
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ: «إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِاْلعِيْنَةِ
وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ اْلبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ
وَتَرَكْتُمُ اْلجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ
لاَيَنْزِعُهُ عَنْكُمْ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ»
أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَأَبُوْ دَاوُدَ
“Dari Ibnu ‘Umar h berkata, :
"Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, : “Jika kalian
berjual beli dengan sistem ‘Inah (sejenis riba, pen.), kalian memegang
ekor-ekor sapi, kalian senang dengan cocok tanam, kemudian kalian
meninggalkan jihad, Allah akan timpakan kehinaan kepada kalian yang
kehinaan itu tidak akan dia cabut dari kalian sampai kalian kembali
kepada agama kalian.” (dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi)
Fase Makkah yang selalu mereka suarakan di telinga kita ini, benarkah menimpa keseluruhan ummat Islam ???
Bukankah beliau Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam menyatakan akan adanya sekelompok ummat Islam yang senantiasa
berjihad di jalan Allah dan meraih kemenangan.
لاَ تَزَالُ طَائِفَةّ مِنْ أُمَتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ اْلِقيَامَةِ
“Akan senantiasa ada satu kelompok dari ummatku yang berperang di atas kebenaran mereka senantiasa dzohir sampai hari kiamat ”
Perhatikan sabda Beliau, :
"Berperang", yang merupakan penegasan dari beliau, bahwa sesungguhnya
akan ada ummat beliau yang berperang sampai hari kiamat untuk membela
kebenaran (Islam).
Dari Yazid bin al-Asham Ia berkata, :
"Saya mendengar Mu'awiyah bin Abi Sufyan menyebutkan sebuah hadits yang
ia dengar dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, yang belum saya
dengar. Ia mendengar Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dari atas
mimbar bersabda, : "Barang siapa yang Allah kehendaki pada dirinya
kebaikan, Allah akan menjadikannya paham agama. Dan akan senantiasa ada
sekelompok ummat Islam yang berperang di atas kebenaran. Mereka meraih
kemenangan atas orang-orang yang memusuhi mereka, sampai hari kiamat. "
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, :
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي
قَا ئِمَةً بِأَمْرِاللهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ اَوْ
خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْ تِيَ أَمْرُاللهِ وَهُمْ ظَاهِرُوْنَ عَلَى
النَّاسِ
"Akan senantiasa ada sekelompok
ummatku yang menegakkan perintah Allah. Tidak membahayakan mereka
orang-orang yang mencela atau menyelisihinya sampai datang keputusan
Allah dan mereka tetap nampak diatas ummat ini. " ( Hadits Riwayat. Muslim)
Perhatikan, nash yang menunjukkan
"perang". bahkan, ditambahkan; orang-orang yang menyelisihi tidak akan
mampu membahayakan kelompok yang berperang tersebut. Seluruh hadits di
atas,diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya.
Bukankah
orang yang berperang, berhak menganggap dirinya termasuk dalam kelompok
yang berperang dan tidak termasuk dalam kategori fase Makkah ? kenapa
dari fase Makkah, hanya diambil hukum "menahan diri tidak berperang"
semata, sementara hukum-hukum lain semisal; tidak beramar ma'ruf nahi
munkar, sholat dua raka'at, tidak shaum, tidak zakat, dan hukum-hukum
lain yang sangat terkenal ; tidak diambil ? kenapa tidak adanya hukum
hudud, halalnya khamr, dan hukum-hukum lainnya tidak diambil ? jika
menurut mereka hukum syariat telah sempurna…kenapa jihad dikeluarkan
(dikecualikan) dari kesempurnaan syariat ?
عَنْ سَلَمَةَ بْنِ نُفَيْلٍ
اَلْكِنْدِي قَا لَ : كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ فَقَالَ
رَجُلٌ : يَا رَسُوْلَ اللهِ, أَذَالَ النَّاسُ الْخَيْلَ
وَوَضَعُوالسِّلاَحَ, وَقَالُوْ: لاَ جِهَادَ, قَدْ وَضَعَتِ الْحَرْبُ
اَوْزَارَهَا! فَأَقْبَلَ رَسُوْلُ اللهِ بِوَجْهِهِ وَقَالَ
كَذَّبُوْا ! ألآنَ! ألآ نَ! جَاءَ لْقِتَالُ.وَلاَ يَزَالُ مِنْ
اُمَّتِي أُمَّةٌ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ وَيُزِيْغُ اللهُ
لَهُمْ قُلُوْبَ أَقْوَامِ وَيَرْزُقُهُمْ مِنْهُمْ حَتَّى تَقُوْمَ
السَّاعَةُ وَحَتَّى يَأْ تِيَ وَعْدُاللهِ. وَلْخَيْلُ مَعْقُوْدَ ةٌ
فِي نَوَاصِيْهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Dari Salamah bin Nufail Al- Kindi ia
berkata, : “ Saya duduk di sisi Nabi, maka seorang laki-laki berkata,
: “Ya Rasulullah, manusia telah meninggalkan kuda perang dan meletakkan
senjata, mereka mengatakan, : “tidak ada jihad lagi, perang telah
selesai”. maka Rasulullah menghadapkan wajahnya dan berkata, : “mereka
berdusta..!!!, sekarang!, sekarang!, perang telah tiba. Akan senantisa
ada dari ummatku, ummat (golongan) yang berperang di atas kebenaran.
Allah menyesatkan hati-hati sebagian manusia dan memberi rizki ummat
tersebut dari hamba-hambanya yang tersesat (ghonimah). Begitulah sampai
datangnya hari kiamat dan sampai datangnya janji Allah. dan pada
ubun-ubun kuda akan senantiasa tertambat kebaikan sampai hari kiamat ”. (Hadits Riwayat. Nasa-I, Shohih Sunan Nasa-I 3333, Silsilah Al-Hadits Shohihah No. 1991)
Lihat
dan perhatikan hadits di atas. Dalam hadits tersebut jelas sekali,
bahwa ketika ada seorang laki-laki yang mengatakan, : “Ya Rasulullah,
manusia telah meninggalkan kuda perang dan meletakkan senjata, mereka
mengatakan , : “tidak ada jihad lagi, perang telah selesai”. Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam sangat marah, dan mengatakan bahwa
mereka adalah pendusta!, jadi orang yang mengatakan tidak ada jihad,
kemudian mereka meninggalkan kuda perang dan meletakkan senjata, Rasul
menyebut mereka sebagai pendusta.
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wa Sallam menyatakan bahwa sekarang!, sekarang!, perang telah tiba.
Itulah pernyataan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.
Barangsiapa menyelisihi ucapan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam, apakah dia pantas mengaku sebagai ummat Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam ?
Rasulullah Shallallahu 'Alahi Wa Sallam
bersabda, : "Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di TanganNya, aku sangat
ingin berperang di jalan Allah dan terbunuh, kemudian berperang lagi dan
terbunuh, kemudian berperang lagi dan terbunuh." (Hadits Riwayat
Bukhari dan Muslim).
Syaikh Abdul Akhir Hammad berkata, :
“memang jihad dalam islam mencakup jihad melawan syetan, hawa nafsu dan
godaan dunia. Akan tetapi yang paling tinggi adalah memerangi
musuh-musuh Allah dengan pedang dan tombak. Dan inilah puncak ketinggian
Islam, dan Ini pula lah yang dimaksud dengan jihad kalau diungkapkan
secara mutlak (berdiri sendiri).”
Jadi, segala bentuk jihad, baik jihad
melawan hawa nafsu, syetan atau godaan dunia disyari’atkan dalam Islam,
bahkan segala bentuk jerih payah dalam rangka beribadah kepada Allah
adalah bagian dari jihad, namun bukan yang dimaksud pada ayat-ayat dan
hadits-hadits yang menerangkan jihad secara mutlak, baik hukum-hukum
yang berlaku padanya maupun keutamaan-keutamaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar