28 Mar 2012

Apa Kata Dunia?

Dunia adalah permainan
Dunia adalah pana
Dunia adalah panggung sandiwara
Dunia adalah perhiasan


hehe… itu sebagian kecil gelar yang di sandang oleh aku (baca:dunia). Sebenarya aku tak bisa berkomentar banyak tentang diriku sendiri aku takut nanti sang Pencipta marah padaku (aku bukan seperti khalifah di atasku ini, yang seenaknya menceritakan diri mereka pada sesama, tentu saja untuk sebuah ‘keakuan‘) tapi aku tak ingin begitu aku hanya ingin menjalankan bagaimana seharusnya aku, itu semua kulakukan agar selarasnya maksud Tuhan tentang penciptaanku.
makhluk makhluk yang tinggal bersamaku disini sering mempertanyakan 



Apa kataku?
aku tak mungkin berbicara pada mulut - mulut yang khianat itu, jika saja aku bongkar semua rahasia aku maka mereka tentu akan merusakku. telah ku sembunyikan begitu lama didalam perutku ini berbagai limpah kekayaan untuk mereka meski aku tidak berbicara ternyata merekapun mengetahuinya juga, tapi aku tetap diam. karena sekali lagi aku hanya perantara maksud baik Tuhan, tentu aku tidak punya pemikiran - pemikiran seperti mereka (baca: manusia) yang  luar biasa. melihat potensinya mereka memang patut dikatakan sebagai khalifah. bagaimana tidak dengan potensi itu mereka mampu menebang pepohonan menjadi kayu - kayu tempat tinggal mereka, mereka menambang emas sebagai perhiasan, mengerok batu hitam sebagai kelangsungan hidup mereka, mengambil ikan - ikan dilaut untuk kebutuhan makanan, lain lagi dengan kesuburan aku dijadikan bercocok tanam, berladang, kebun - kebun apa saja mereka tanam di atas kesuburanku. sebagian tumbuhan yang tumbuh liar dariku pun bisa mereka gunakan, etah itu sebagai obat penawar atau untuk makanan mereka. Aku tidak pernah memberitahukan bagaimana caranya tetapi mereka sudah mengetahuinya. dan sekali lagi ku tegaskan karena aku hanya menjalankan maksudNya.
Dengan mereka aku semakin tidak pernah kesepian bagaimana tidak aku mulai diramaikan dengan pemukiman tempat mereka berteduh dan istirahat. aku tak pernah iri pada mereka bisa menebeduh kala hujan atau panas datang. Sementara aku tidak, asap - asap mulai mengepul dalam udara menyesakan napasku sebenarnya. tapi aku tak pernah memprotes hal ini karena aku tak ingin berdebat hebat, suara mesin-mesin ciptaan mereka bising ditelinga namun aku anggap itu sebagai nyayian penghibur lara.
Selali ku bertanya pada Tuhan benarkah aku seperti permainan, dimana kalah menang sebagai taruhan kehidupan. Bermain dengan tahta hingga membunuh sesama, semua memang potensi dari sang khalifah itu. bisa atau tidaknya mereka membijak dengan kekuasaan. aku berharap mereka lebih dahulu memimpin diri sendiri agar secara tidak langsung bisa mengarahkan bahwa berbagi itu lebih indah dari pada merebutkannya. sama seperti aku berbagi pada matahari dan bulan bergantian menerangin dan menghampiri.
Tuhan benarkah anggapan aku adalah pana, seolah-olah tiada padahal aku nyata dalam kehidupannya. Tapi aku terima jika aku disandang sebagai sementara, tempat persingahan perjalanan saja, dimana mereka bisa mengumpulkan bekal sesukanya untuk dibawa.
Tuhanku apakah aku bagai panggung sandiwara, diatasnya dilakoni oleh peran yang  berbeda dengan ceritanya mudah berubah katanya. telah aku saksikan didalamya ada si jujur dan si pembohong, si santun dan si marah, si kaya dan si miskin, si penderma dan si kikir dan lainnya. pelakonnya bisa berubah sebaliknya. namun begitulah adanya aku hanya sebagai saksi dari semua itu.
Tuhan, akukah Perhiasan itu?  menghiasi dengan keadaan seperti surga bagi pemeran kebaikan maupun neraka bagi pemeran keburukan , aku bisa mengiasi dengan kesesatan atau kebaikan, menghiasi dengan kekayaan atau kemiskinan.
Tapi.. kenapa mereka masih memprotes? padahal aku sudah menghiasi semuanya. apa saja sudah ku hiasi dari kehidupan  surga maupu neraka. padahal mereka mempunyai hal yang tidak ku miliki untuk memilih jalan mana yang mereka suka. denganku mereka bisa melangsungkan kehidupan mereka, sudah lupakah mereka dengan permainanku kalau aku adalah sementara seperti yang mereka sebutkan, sudah lupakah mereka dengan aku sebagai panggung tempat mereka memainkan peran menjadi apa saja mereka suka.
Tuhan kenapa mereka tak seramah dahulu?
“saling serang”
“Terjang”
“Perang”
“Bunuh”
“Perkosa”
“Kemiskinan”
“Kematian”
Tuhan.. Aku sudah lelah dengan ulah mereka.. haruskah aku ceritakan pada mereka semua tentangku?

Tidak ada komentar:

 
Sumber : http://riskimaulana.blogspot.com/2011/12/tips-cara-supaya-artikel-blog-tidak.html#ixzz2E8tlcOjK