15 Mei 2013

Bercanda Menurut Islam.

Di setiap pertemuan dan kesempatan yang ada, kita selalu dihadapkan dengan teman-teman yang agak usil kata-katanya. Mulai dari ejekan, ngecengin, sampai pada hal-hal yang keterlaluan. Tersinggung? Udah pasti.
Tapi bagaimana anggapan orang yang mengejeknya? pasti mereka menganggap bahwa itu semua cuma becanda.



Becanda, hmmmmm. Kalo kata orang-orang jawa mah guyonan. Becanda juga kadang tujuannya baik, sebagai pengusir kejenuhan kalo lagi kumpul-kumpul bareng temen. Intinya, becanda boleh, tapi ya nggak keterlaluan juga, sampai-sampai ada yang sakit hati, dendam, sampai hal-hal yang berbau kezaliman fisik. Nauzubillah


Bercanda atau bergurau tidak dilarang dalam Islam. Hukum asal perkara ini adalah boleh, bahkan terkadang menjadi sunnah jika ada maslahatnya, seperti mengakrabi seseorang dan menghangatkan suasana ukhuwah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam pernah bercanda bersama sahabatnya. Namun, tentu candaan beliau berada di dalam koridor adab Islam. Berikut ini adalah beberapa adab dalam bercanda:


1. Tidak berdusta. Misalnya, si A telpon si B. Si A bilang ke si B kalo bokapnya si B itu udah wafat (padahal si A niatnya cuma bercanda). Tapi si B tanggapannya serius, alhasil tuh anak jadi guling-gulingan, nangis, sedih, sampai lapor ke sekolah kalau bokapnya itu udah wafat. Alhasil, sekolah juga menanggapinya serius, langsung memerintahkan anggota ROHIS Departemen Kesekretariatan untuk meminta sumbangan ke kelas-kelas. Wah, kebayang kan kacaunya kaya gimana? Nah, becanda yg seperti ini yang memang benar-benar keterlaluan.


2. Tidak menakut-nakuti, seperti menyembunyikan barang teman agar dikira hilang, mengunci temannya di dalam kamar, dan lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda yang artinya,

“Janganlah seseorang dari kalian mengambil tongkat saudaranya baik bergurau atau serius. Barangsiapa mengambilnya hendaknya dia kembalikan.” (HR. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu)




Ghibah


3. Tidak menjelek-jelekkan. Si A tahu kalau bokapnya si B itu kumisan, alhasil si A manggil si B dengan sebutan woy! yang bokapnya kumisan! Nauzubillah, jangan sampai dah bercanda seperti itu.


4. Tidak dibumbui ghibah (membicarakan keburukan orang lain yang tidak ada di tempat tersebut). Yang ini sudah pasti dilarang, nggak perlu dijelasin panjang-panjang, kalian mengerti lah.


5. Jangan terlalu sering. Ulama mengatakan bahwasanya terlalu sering tertawa menyebabkan kebodohan dan kedunguan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam pun telah menjelaskan,

“Janganlah banyak bercanda karena bercanda mematikan qalbu.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu)

Inilah aturan Islam yang mulia, tidak meninggalkan satu pun perikehidupan kecuali telah diatur dengan indah. Demikianlah, Islam telah disempurnakan oleh Dzat Yang Maha Bijaksana dan Maha Adil sebelum mewafatkan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wassalam.

Wallahu a’lam bish-shawab.


Penulis: Abdurrahman


Sumber: Majalah Tashfiyah edisi 03 vol. 01 1432 H – 2011 M, dalam artikel ‘Dusta dalam Canda’ hal. 70.


Sumber: http://limabelasmuslimassociation.blogspot.com/2012/01/bercanda-menurut-islam.html

Tidak ada komentar:

 
Sumber : http://riskimaulana.blogspot.com/2011/12/tips-cara-supaya-artikel-blog-tidak.html#ixzz2E8tlcOjK