Sering kali kita melengkapi kehidupan ini dengan canda dan tawa.
Terkadang kita memerlukan penyegaran kembali setelah lama beraktifitas
dan menjalani berbagai kesibukan yang melelahkan.
Di saat itulah kita dapat melepaskan lelah dan penat dengan canda dan tawa. Hal itu kerap kali terjadi pada para wanita, terkadang bermula dari pembicaraan beberapa orang (ngobrol) dan setelah itu timbul canda dan tawa (guyon).
Di saat itulah kita dapat melepaskan lelah dan penat dengan canda dan tawa. Hal itu kerap kali terjadi pada para wanita, terkadang bermula dari pembicaraan beberapa orang (ngobrol) dan setelah itu timbul canda dan tawa (guyon).
Namun perlu diwaspadai, akankah canda tersebut menimbulkan masalah atau tidak?
Karena banyak masalah besar yang awalnya hanya diakibatkan karena
bercanda yang berlebihan. Nah, mengapa hal ini bisa terjadi? Kemungkinan
ada sesuatu yang salah di dalamnya.
Dalam agama Islam canda dan tawa ini diperbolehkan sebagaimana yang
pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahualaihi wa sallam, beliau
pernah bercanda dengan isteri dan sahabat beliau. Oleh karena itu
saudariku, kita perlu mengetahui bagaimana adab bercanda sehingga tidak
menimbulkan masalah tetapi justru berpahala yaitu dengan meneladani
bagaimana adab bercanda yang Rasulullah shallallahu alahi wa sallam
ajarkan.
Bercandalah dengan Niat yang Benar
Saudariku mulailah dari niat yang benar ketika akan mengawali suatu
amalan, setelah itu lakukan amalan tersebut sesuai dengan petunjuk dari
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam termasuk dalam bercanda.
Perbuatan ini akan mejnadi sia-sia apabila tidak dilandasi dengan kedua
syarat tersebut (niat yang lurus dan mengukuti petunjuk Rasulullah
shallallahualaihi wa sallam). Niat yang lurus maksudnya supaya
bersemangat untuk melakukan perkerjaan yang bermanfaat untuk dunia dan
akhirat dan memperhatikan adab Rasulullah dalam bercanda.
Jangan Berlebihan dalam Bercanda dan Tertawa
Saudariku, ketahuilah. Bercanda dan tertawa yang
berlebihan dapat mengeraskan hati, serta dapat menjatuhkan kewibawaan
kita di hadapan orang lain.
Jangan Bercanda dengan Orang yang Tidak Suka Bercanda
Setiap orang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Ada tipe orang yang
suka bercanda namun juga ada orang yang serius atau tidak suka bercanda.
Terkadang juga ada yang mempunyai sifat perasa dan ada juga yang
nyantai/ cuek. Mengenali sifat orang dalam bergaul apalagi dalam
bercanda sangat diperlukan. Jangan sampai menempatkan sesuatu yang tidak
sesuai dengan tempatnya sehingga berlaku dhzolim terhadap saudara kita.
Bisa saja dengan ucapan tersebut saudara kita menjadi sakit hati,
padahal kita tidak menyadari akan hal tersebut.
Saudaraku, tidak dalam segala perkara kita boleh bercanda, ada hal-hal yang diharamkan kita bercanda yaitu:
1. Bercanda/ bermain-main dengan syariat Allah Subhanahu wa Taala
Orang-orang bermain-main atau mengejek syariat
Allah atau Al Quran atau Rasulullah serta sunnah, maka sesungguhnya dia
kafir kepada Allah Subhanahu wa Taala. Allah berfirman, yang artinya, “
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka
(tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan
menjawab,”Sesungguhnya kami hanyalah bersendau gurau dan bermain-main
saja.” Katakanlah apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu
selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu meminta maaf, karena engkau telah
kafir sesudah beriman…”
(Qs. At Taubah: 65-66).
(Qs. At Taubah: 65-66).
Ayat ini turun berkaitan dengan seorang laki-laki yang mengolok-olok
dan berdusta dengan mengatakan bahwa Rosulullah dan shahabatnya adalah
orang yang paling buncit perutnya, pengecut dan dusta lisannya. Padahal
laki-laki ini hanya bermaksud untuk bercanda saja. Namun bercanda dengan
mengolok-olok atau mengejek syariat agama dilarang bahkan dapat
menjatuhkan pelakunya pada kekafiran.
2. Berdusta saat bercanda
Ada sebagian orang yang meremehkan dosa dusta dalam hal bercanda
dengan alasan hal ini hanya guyon saja untuk mencairkan suasana. Hal ini
telah di jawab oleh sabda Rasulullah shallallahualaihi wa sallam,
“Aku menjamin sebuah taman di tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah Surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun ia bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seorang yag baik akhlaknya.”
(HR. Abu Daud)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bercanda, namun tetap jujur serta tidak ditambahi kata-kata dusta. Beliau bersabda,
“Sesungguhnya aku juga bercanda, dan aku tidak mengatakan kecuali yang benar.”
(HR. At-Thabrani dalam Al-Kabir)
Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Celakalah seorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.”
(HR. Ahmad).
(HR. Ahmad).
Dusta dalam bercanda bahkan sering ditemui bahkan dijadikan tontonan
seperti lawak yang dijadikan sebagai hiburan di televisi dan sepertinya
sudah akrab dan tidak lagi disalahkan. Padahal hal tersebut bertentangan
dengan apa yang diajarkan oleh Nabi shallallahualaihi wa sallam.
Apabila kita mau merenungi hadits dari Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam maka tentunya kita tidak akan berani untuk berdusta sekalipun
dalam bercanda.
3. Menakuti-nakuti seorang muslim untuk bercanda
Tidak diperbolehkan menakuti seorang muslim baik serius atau
bercanda. Bayangkan apabila kita membuat terkejut seseorang, padahal
beliau mempunyai sakit jantung. Perbuatan ini dapat membuat mudharat
yang lebih besar, yaitu dapat mendadak meninggal dengan sebab perbuatan
tersebut. Perbuatan ini tidak boleh dilakukan,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah salah seorang dari kalian
mengambil barang milik saudaranya baik bercanda ataupun
bersungguh-sungguh, barangsiapa mengambil tongkat saudaranya hendaklah
ia mengembalikan.”
(HR. Abu Daud).
(HR. Abu Daud).
4. Melecehkan kelompok tertentu
Ada juga orang yang bercanda dengab mengatakan “Hai si hitam” dengan
maksud menjelek-jelekkan penduduk dari daerah tertentu yang asal
kulitnya adalah hitam. Hal ini tidak diperbolehkan sesuai dengan firman
Allah Taala, yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan jangan
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk
sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah
orang-orang yang zhalim”
(Qs. Al-Hujuraat: 11)
(Qs. Al-Hujuraat: 11)
Yang dimaksud dengan “Jangan suka mencela dirimu sendiri”, ialah
mencela antara sesama mukmin, sebab orang-orang mukmin seperti satu
tubuh.
5. Menuduh manusia dan berdusta atas mereka
Misalnya seorang bercanda dengan sahabatnya lalu ia mencela,
menuduhnya atau mensifatinya dengan perbuatan keji. Seperti seseorang
berkata kepada temannya, “Hai anak zina.” Tuduhan ini bisa menyebabkan
jatuhnya hukum, karena menuduh ibu dari anak tersebut telah melakukan
zina.
Bercandalah kepada Orang yang Membutuhkan
Bercandalah kepada anak-anak seperti yang pernah dilakukan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam. Anas bin Malik radhiyallahuanhu
meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadanya,
“Hai dzul udzunain (wahai pemilik dua telinga).”
Dari hadits ini dapat kita lihat bahwa Rasulullah tidak pernah
berdusta walaupun dalam keadaan bercanda dan beliaulah orang yang paling
lembut hatinya.
Saudariku, semoga Allah menjaga kita dari hal-hal yang tidak
bermanfaat dan dapat menjadikan setiap detik kita amalan yang diberkahi.
Wallohul mustaan.
*) (Diringkas dari buku Panduan Amal Sehari Semalam pada bab “Bercanda
Boleh Saja, Tetapi…” dengan sedikit perubahan dan tambahan dari kitab
Al Irsyad oleh Ummu Salamah.(muslimah.or.id) dalam http://www.suaramedia.com/artikel/14-kumpulan-artikel/11732-bercanda-yang-berpahala.html )
******************************
(Tanya -Jawab)
(Tanya -Jawab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar