15 Mei 2013

DUSTA DALAM CANDA???

Dusta merupakan perbuatan yang tak lagi susah dijumpai. Dengan banyak alasan, dusta pun dihalalkan demi melancarkan urusan. Sejatinya, dusta merupakan hal yang dilarang dalam semua kebudayaan.


 

Bahkan, masyarakat Jahiliyah pun menganggap perbuatan ini sebagai perbuatan yang rendah. Sebaliknya, orang yang jujur dan amanah mereka anggap sebagai orang yang memiliki kemuliaan.
Maka dari itu, Islam mengukuhkan haramnya dusta dan membuat koridor serta aturan yang baku mengenainya. Hal ini merupakan realisasi agama Islam sebagai agama yang mengajarkan akhlak mulia, sebagai ajaran yang rahmatan lil ‘ alamin (rahmat bagi semesta alam).

APAKAH DUSTA ITU???
            Dusta adalah memberitakan tidak sesuai dengan kebenaran, baik dengan ucapan lisan secara tegas maupun dengan isyarat seperti menggelengkan kepala  atau mengangguk. Rasulullah SAW telah menyebutkan dusta sebagai salah satu tanda kemunafikan. Beliau bersabda yang artinya  Tanda orang yang munafik ada tiga : “Jika berkata dia dusta, jika berjanji dia ingkari dan jika diamanahi dia khianati.” (HR.  Al Bukhari dan Muslim).

DUSTA YANG DIPERBOLEHKAN DAN TIDAK DIPERBOLEHAN
Secara asalnya, semua dusta terlarang dalam Islam. Namun, sebagai agama pertengahan yang tiadak berlebihan dan mengurang-ngurangi, Islam memiliki pengecualian dalam berdusta. Karena terkadang berdusta dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu. Rasulullah SAW memberikan keringanan untuk berdusta dalam tiga keadaan diantaranya untuk memperbaiki hubungan antara suami istri, memperbaiki hubungan antara dua orang dan kebohongan dalam peperangan. Beliau bersabda “Tidak halal berdusta kecuali pada tiga keadaan : seorang laki-laki berbicara kepada istrinya, dusta dalam peperangan dan dusta untuk memperbaiki hubungan antara manusia.” (HR. At-Tirmidzi dan Asma’ binti Yazid dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani). Para ulama sepakat bolehnya berdusta pada tiga keadaan ini.
Lalu bagaimana dengan dusta untuk bergurau? Apakah termasuk yang dikecualikan? Jawabannya terkandung dalam sabda Rasulullah SAW “Celaka orang yang berbicara kemudian berdusta untuk membuat tertawa manusia, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Abu dawud dan At-Tirmidzi dari sahabat Mu’awiyah bin Haidah, hadits ini hasan menurut Syaikh Al-Albani)
Meninggalkan berkata dusta meskipun hanya gurauan adalah kesempurnaan iman. Rasulullah SAW pernah bersabda yang maknanya, “Seorang hamba tidak beriman secara sempurna hingga dia meninggalkan dusta meskipun hanya bergurau.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabarani).
Bagaimana dengan berdusta kepada seorang anak? Meskipun hanya berdusta kepada anak kecil agar datang kepadanya, hal itu tidak diperbolehkan di dalam agama islam. Rasul telah bersabda :
“Barangsiapa mengatakan kepada seorang anak, “Kesini nak, aku beri kamu,” Lalu dia tidak memberinya, maka ini adalah sebuah kedustaan.” (HR. Ahmad, dari Abu Hurairah dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani).

BERCANDA BOLEH TAPI……………
Lantas, apakah bercanda itu dilarang dalam Islam? Jawabannya adalah : tidak. Bercanda hukum asalnya boleh terkadang menjadi sunah jika ada maslahatnya seperti mengakrabi seseorang dan menghangatkan suasana ukhuwah.
Rasulullah SAW pun pernah bercanda bersama sahabatnya. Namun, tentu candaan beliau berada di dalam koridor adab Islam. Berikut ini adalah beberapa adab dalam bercanda :
  1. Tidak berdusta
  2. Tidak menakut-nakuti, seperti menyembunyikan barang teman agar dikira hilang, mengunci temannya di dalam kamar, dan lainnya. Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya, “Janganlah seseorang dari kalian mengambil tongkat saudaranya baik bergurau atau serius. Barangsiapa mengambilnya hendaknya dia kembalikan.” (HR. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al Alani).
  3. Tidak menjelek-jelekkan.
  4. Tidak dibumbui ghibah (membicarakan keburukan orang lain yang tidak ada ditempat tersebut).
  5. Jangan terlalu sering. Ulama mengatakan bahwasanya terlalu sering tertawa menyebabkan kebodohan dan kedunguan. Rasulullah SAW pun telah menjelaskan, “Janganlah banyak bercanada karena bercanda mematikan qalbu”.(HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani)
Inilah aturan Islam yang mulia, tidak meninggalkan satupun perikehidupan kecuali telah diatur dengan indah. Demikianlah Islam telah disempurnakan oleh Dzat yang Maha Bijaksana dan Maha Adil sebelum mewafatkan Rasul-Nya. Kita sudah dewasa untuk bisa mengambil dan menerapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Allahu a’lam bish shawab.

(Dwi Yulianti 20090720214, Sumber Majalah Annida Tahun 2007)
 Di kutip: http://blog.umy.ac.id/dwiyulianti/2011/12/02/dusta-dalam-canda/

Tidak ada komentar:

 
Sumber : http://riskimaulana.blogspot.com/2011/12/tips-cara-supaya-artikel-blog-tidak.html#ixzz2E8tlcOjK