“Pemimpin yang baik dan mengerti arah perubahan, akan memimpin
dengan contoh. Ia berada di depan, berkorban demi kebaikan. Ia mengajak
yang lain berkorban, tanpa harus merasa susah.”
–Rhenald Kasali–
Suatu pagi tiba-tiba masuk sebuah SMS dari seorang sahabat. Ia mengajukan pertanyaan, ”Mengapa
para motivator, trainer, dan konsultan, tidak menjadi pemimpin besar
dunia yang membuat perubahan besar untuk kesejahteraan umat manusia,
mengukir sejarah? Mereka asyik saja memotivasi orang dan bicara banyak
tentang leadership, tanpa menjadi pelaku utama”. Dug! Karena
profesi saya trainer dan konsultan, dan dalam banyak kesempatan diminta
menjadi motivator, pertanyaan tersebut lumayan menohok saya, namun di
sisi lain juga memaksa saya berpikir untuk menemukan jawabannya.
Motivator,
trainer, dan konsultan, sebagaimana juga dokter, pengacara, presiden,
gubernur, ketua parpol, dan anggota legislatif, adalah profesi.
Sementara pemimpin, leader, bukanlah profesi, melainkan peran dan sekaligus kualitas personal
seseorang. Implikasinya, seorang presiden, gubernur, maupun ketua
parpol belum tentu pemimpin. Sebaliknya, seorang konsultan, dokter, atau
pengacara belum tentu bukan pemimpin. Walaupun memang ada profesi
tertentu yang sebenarnya menuntut kapasitas kepemimpinan – kemampuan
menjalankan peran sebagai pemimpin dan kualitas personal sebagai
pemimpin – yang relatif lebih tinggi dibandingkan profesi lainnya.
Mari kita lihat leader
sebagai peran. Sebuah peran ditunjukkan oleh sekumpulan perilaku yang
memiliki pola tertentu. Jangan dilupakan formula dasar bahwa perilaku
adalah fungsi – refleksi, akibat – dari pola pikir. Ingat kembali
hubungan: how you think is how you act, is who you are. Dalam konteks ini seseorang disebut leader karena ia berperilaku leader, yang merupakan dampak dari pola pikir leader pula.
Bagaimana seorang leader berpikir? Leader
berpikir bagaimana menghadapi, dan bahkan memenangkan perubahan.
Bagaimana organisasinya atau masyarakatnya dapat meniti gelombang
turbulensi, dan bukan sekedar selamat, namun juga mampu melompat ke
jenjang yang lebih tinggi. Leader menyadari bahwa agar tak tergulung oleh perubahan ia harus punya visi yang jelas, yang kemudian di-buy in oleh para pengikutnya, sehingga kemudian menjadi shared-vision, visi bersama. Visi yang jelas itu membuat leader
tahu pasti apa yang harus dilakukan, dan mengapa hal tersebut harus
dilakukan, walaupun sangat mungkin ia membutuhkan bantuan orang lain
untuk mengelola kompleksitas yang timbul sebagai dampak gelombang
turbulensi dengan menyusun rencana bagaimana mobilisasi sumberdaya harus
dilakukan dan anggaran keuangan yang menjadi konsekuensinya.
Di sinilah titik beda yang membuat pemimpin menjadi begitu unik. Leader berorientasi ke masa depan (one day) di suatu tempat yang sama sekali berbeda (be somewhere), bukan sekedar re-inventing the wheel,
berkubang dengan problematika klasik yang dari itu ke itu juga. Ia
sangat berani bermimpi menembus batas realitas, karena ia menghayati
bahwa menciptakan masa depan – learning from the future –
adalah tugasnya. Bagi pemimpin sejati, sejarah dan kekinian adalah guru
dan pemberi peringatan agar tak mengulangi kebodohan yang pernah
terlanjur dibuat, terperosok ke dalam lubang yang sama, namun sama
sekali bukan koridor pembatas, apalagi belenggu pemasung kemerdekaan
berpikir dan bermimpi.
Bermimpi adalah kompetensi yang mutlak dimiliki seorang leader.
Bukan sekedar bermimpi, namun melakukan visualisasi dalam pikiran
sedemikian rupa sehingga mencapai titik disosiasi. Disosiasi adalah
sebuah kondisi di mana kita seolah-olah melihat rekaman video tentang
mimpi kita – lengkap dengan gambar, suara, dan sensasi rasa (visual, auditory, kinesthetic)
– di mana kita melihat diri kita sendiri dalam film itu sebagai aktor
utamanya. Disosiasilah yang membuat otak dan pikiran kita “tertipu”,
merekam imajinasi itu, mimpi kita, sebagai realita, sehingga menjadi
referensi yang sangat kuat, dan pada gilirannya mampu menciptakan sense of certainty, rasa pasti, yang membangun keyakinan kita, belief, terhadap visi itu. Dan jangan lupa, sense of certainty, belief, merupakan perintah mutlak, unquestioned command,
terhadap sistem saraf dan proses-proses biokimia dalam tubuh kita, yang
pada gilirannya akan membangunkan seluruh potensi tak terbatas yang
sebelumnya lelap tertidur.
Ada cerita kecil tentang ini. Konon,
dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan, sepuluh ekor anak kodok
menggagas lomba memanjat menara. Karena penasaran khalayak ramai
berkerumun menyaksikan lomba yang tak lazim itu. Mereka bertepuk dan
bersorak-sorai, namun sejatinya bukan memotivasi, bahkan kebalikannya,
mengejek dan menafikkan kemungkinan kesepuluh anak kodok itu akan
berhasil. Benar juga apa kata penonton, satu demi satu anak-anak kodok
itu tergelincir jatuh. Teriakan penonton semakin brutal, dan kian banyak
pula peserta lomba yang terpeleset dan gagal. Namun tunggu dulu. Ada
satu anak kodok yang bergeming. Sama sekali tak terpengaruh! Ia terus
merayap menunju puncak menara. Perlahan tapi pasti. Dan akhirnya ... dia
berhasil! Maka penontonpun heran. Mereka mencoba mencari tahu mengapa
anak kodok yang satu ini sukses mencapai puncak. Masya Allah, ternyata
dia ... tuli!
Kesimpulannya, kalau mau berhasil jadilah pemimpin
yang ”tuli”. Tuli terhadap seruan negatif para provokator! Sekali anda
punya niat baik, punya mimpi besar untuk mengubah diri dan dunia di
sekitar anda, fokuskan pandangan ke depan, mantapkan hati, busungkan
dada, bermunajat mohon pertolongan dan penjagaan Allah SWT, lalu ...
melangkahlah! ”...Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakal kepadaNya” (QS. Ali ’Imran: 159).
Yato cah Kotayasa.. Lugu, Cupu, Belagu, seDikit Lucu.. Gak Mudah Di Tipu !
JUJUR SAJALAH..
Tentang KEBENARAN.. Dari pada saya masih ragu lebih baik aku bilang tidak tahu..!!!
Be your self
Keberanian untuk jujur trhadap diri sndiri, mmbuat kita mjd pribadi yg utuh dn trhindar dari konflik dlm diri.
Mari Berbagi !!!
sSeorang dinilai bkn dr apa yg tjd padanya, ttapi bgmn responnya trhadap setiap kjadian yg menimpanya..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar